Di antara zikir itu ada yang terikat dengan waktu,misalnya menjelang tidur, makan atau  bepergian. Namun ada  juga yang tidak terikat waktu maupun jumlah, seperti bentuk puji-pujian kepada Tuhan. Zikir khafi dilakukan secara “rahasia” disertai keinginan  menghilangkan perasaan bosan.

Dan zikir yang paling utama adalah zikir hakiki, yaitu zikirnya seluruh anggota badan dalam memelihara apa saja yang dilarang Tuhan dan mengerjakan segala yang diperintahkan-Nya. Karena kesempurnaan dari zikir yaitu keselarasan antara lisan dan tindakan.

Seperti kisah Meir, pemuda tampan penjual roti, zikirnya bukan sekedar lisan, namun bentuk zikir (Jawa: eling) yang diaktualisasikan dalam perilaku. Ingatnya kepada Tuhan, rasa takutnya terhadap dosa, menyebabkan dia memilih terjun dari atap istana daripada berbuat dosa.

Dan ketika dia mengingat-Nya, maka Dia pun mengingat hamba itu lalu mengutus malaikat untuk menyelamatkan tubuhnya. Maka, walau secara logika yang dia lakukan itu bisa berakibat fatal bagi keselamatan, namun yang terjadi diluar terjangkauan logika.

Intinya dengan banyak mengingat Tuhan dan disertai dengan berperilaku baik, keajaiban  disaat terdesak itu sering hadir, walau pada saat berzikir itu tidak diprogram untuk sesuatu yang sifatnya khusus.

Dan apa pun bentuk dari doa itu ada nilai ibadah. “Maka wajib atas kamu beribadah kepada-Nya dengan doa” (Hadis riwayat Hakim). Sedangkan Achmad dan Bukhari menyebut, doa adalah otaknya ibadah.

Menabung Energi

Olah batin dan berdoa rutin yang diamalkan saat lapang itu ibarat  menabung energi kebajikan. Dan itu juga termasuk amal baik dan mulia dalam pandangan Allah, karena berdoa disaat lapang (aman) itu juga mampu menolak kejahatan dan mempermudah berbagai urusan.

Pernah juga ada kejadian yang sulit diterima nalar. Seseorang yang sering mengajak pada kebaikan dikejar kalangan anak-anak muda yang biasa mabuk alkohol karena merasa tersinggung dengan ceramahnya.

Saat nyebur sungai itu kakinya tidak basah. Dia merasa seperti berlari di jalan aspal. Sementara itu, anak-anak muda yang memburu terpana melihatnya tampak berlari di atas air.  Saat saya tanya punya  ilmu apa?

Dia mengaku sudah tidak mengamalkan ilmu kanuragan, dsb. Dan yang dia rasakan saat nyebur sungai itu kaki dan sarungnya tidak basah. Dan  anak muda yang memburu melihat yang diburu itu berjalan di atas air.

Anak muda itu mengaku hanya punya satu amalan, yang oleh gurunya disebut ilmu “selamat delapan kata” yang selalu dia amalan secara rutin dan bertujuan agar selalu diberi keselamatan dan kemudahan segala urusannya.

Dalam bahasa agama, kejadian itu disebut maunah, yaitu peristiwa supranatural yang dialami manusia biasa. Jika dialami wali disebut karamah, jika calon nabi disebut irhas dan jika nabi disebut mukjizat.

Maunah adalah keistimewaan yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya bagi yang beriman. Manusia dapat mengerjakannya bentuk pertolongan itu dengan catatan: Amal baiknya lebih banyak, dibanding maksiat atau dosa-dosanya. Dalam tradisi Jawa, untuk mendapatkan maunah itu, salah satunya dengan berpantang “Ma-lima” yaitu: Madat (narkotik) main (judi) minum (mabuk-mabukan), maling (mencuri/korupsi), dan madon (zina).

Jika hal itu dapat dihindari lalu ditambah perilaku baik dengan sesama, insya Allah dalam kondisi tertentu selalu didekati keajaiban dan perlindungan Tuhan.

Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisikat tinggal di Sirahan Cluwak Pati