Mengantar Dana
Seminggu kemudian, SN dan rombongan datang untuk menyerahkan uang sejumlah Rp 20.500.000. KK menyambut gembira. “Orang itu kalau mau masuk surga dunia, syaratnya berat, harus sabar, jer basuki mawa beya.”
Kata KK lalu minta rombongan kembali lagi minggu depan. Pada kedatangan kedua, KK membakar menyan lalu kesurupan. Dia mengatakan bahwa mereka yang hadir itu akan menemukan kebahagiaan yang tidak terkira, yaitu logam emas murni 144 peti dan ratusan peti uang UB (Uang Brazil).
Para tamu lalu disuruh pulang untuk mempersiapkan gudang tempat harta karun. Ketentuannya, tempatnya harus bersih dan aman. Mereka lalu pulang dan mencari dana untuk sewa tempat.
Setelah gudang siap, SN dan rombongan datang lagi. Kali ini KK minta alamat gudang yang akan dituju. Dia janji segera mengirim pada hari yang dianggap baik. Namun karena yang ditunggu tidak kunjung tiba, SN dan rombongan datang lagi.
Kali ini KK mengatakan mobil sudah siap, tetapi komandan sedang dinas ke Bandung. KK berkata kepada rombongan. “Kamu kan tahu aturan, kalau tidak ada komandan, perintah belum bisa dilaksanakan.” KK lalu menyuruh rombongan pulang dan datang lagi Minggu depan.
Saat SN dan rombongan datang lagi, KK memerintahkan seluruh rombongan sabar karena ada syarat yang harus dipenuhi. Mereka, para petani itu lalu buka rekening bank. KK juga minta semua harus menyerahkan catatan utang-utangnya dan fotokopi KTP.
Seminggu kemudian mereka datang. KK masih santai menerima mereka. Rombongan belum curiga dan tetap yakin sebentar lagi menjadi jutawan. Sikap KK yang mengulur waktu dianggap sebagai ujian bagi orang yang akan dapat karunia.
Pada kedatangan berikutnya KK kesurupan lagi. Dia mengatakan sudah turun dhawuh dari atas bahwa orang yang semula ketitipan amanah harta karun itu sudah tidak mau ketitipan lagi dan akan dilimpahkan kepada SN dan rombongan.
Setelah sadar dari kesurupan, KK menyarankan mereka menunggu perintah selanjutnya. “Kalian tunggu perintah, kalian harus berada di hotel wilayah Jawa Timur, karena Bung Karno dulu lahir di Jawa Timur.
Rombongan itu lalu menginap di hotel. Namun sudah lebih satu Minggu, KK tidak menemui mereka bahkan saat didatangi rumah sudah kosong, dan mereka sudah kehabisan uang.
Mereka lalu meninggalkan hotel dan membiarkan seluruh pakaiannya. Untuk makan, salah satu di antara mereka ada yang nyamar menjadi dukun, dan teman yang lain mencarikan pasien. Akhirnya mereka sadar kena tipu Eyang Klawu alias KK.
Uang hilang, mobil terjual, sawah tergadaikan. Mau pulang tak berani. Mereka lalu menggelandang. Saya jadi ingat nasihat sesepuh, “Orang yang terlilit mengejar harta karun macam itu hatinya sudah dikeloni (dipeluk) iblis, imannya tinggal separo.”
Setelah sadar kena tipu, mereka lalu mikir bagaimana nanti membayar utang. Mereka pada takut pulang. Ada rencana minta kembali uangnya, namun KK sudah kabur, dan dia bermain tidak sendiri. Serah terima uang pun tidak ada bukti tertulis. (Bersambung)
Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati