GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Momentum Hari Pers Nasional (HPN) dan Hari Jadi Persatuan Wartawan Indonesia ke 76 dilaksanakan secara sederhana oleh para pengurus PWI Grobogan, kemarin.
Kali ini, momen HPN dan Hari Jadi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) melaksanakan agenda sowan ke tokoh wartawan senior.
Tokoh senior tersebut yaitu Muchtarom atau yang akrab disapa Ayong tersebut. Muchtarom adalah sosok jurnalis senior di Kabupaten Grobogan.
Selama 20 tahun, Ayong menjadi salah satu wartawan yang cukup dikenal di Jawa Tengah, khususnya Grobogan, sejak tahun 1980.
Saat didatangi para pengurus PWI Jawa Tengah, Ayong menceritakan masa-masa saat bertugas sebagai wartawan. Menurut Ayong, wartawan pada era tahun 1980 dengan wartawan di era saat ini jauh berbeda.
Dirinya menjawab tantangan kewartawanan di tahun 80-an hingga era pascatahun 2000 lebih berat dibandingkan sekarang ini yang lebih mudah cara peliputannya.
“Dulu kalau mengetik berita pakai mesin ketik. Kemudian, kalau mau wawancara harus datang ke narasumbernya langsung. Kalau sekarang tinggal pakai telepon bisa, langsung ditulis. Kirimnya juga pakai email, kalau dulu harus pakai faksimili atau dititipkan pakai mobil ekspedisi yang mengantar koran,” ungkap Ayong.
Ayong pensiun dari dunia kewartawanan di tahun 2006. Saat itu, Ayong mengetahui pihak redaksi tempatnya bekerja mengambil kebijakan tidak boleh merangkap. Pasalnya, Ayong sendiri saat itu juga berprofesi sebagai PNS.
“Saya lebih dulu masuk jadi PNS, terus masuk di harian tempat saya menulis berita saat itu. Gaji menjadi ASN itu Rp 400 ribu sebulan saat itu. Kemudian, jadi wartawan gajinya Rp 600 ribu,” jelas Ayong.
Ayong mengungkapkan saat banyak sekali hal yang dilakukan selama bertugas menjadi wartawan, termasuk berkumpul bersama serta berdiskusi dengan teman-teman wartawan lainnya memecahkan masalah yang terjadi.
Perkembangan media massa semakin lama semakin pesat, hingga saat ini SIUPP atau Surat Izin Usaha Penerbitan Pers untuk mendirikan sebuah media tidak menjadi syarat.
Namun, Ayong menilai saat ini banyak jenis wartawan yang ditemui di lapangan, yakni wartawan jelas, wartawan semi jelas, dan wartawan tidak jelas. Hal inilah yang membuat masyarakat tidak bisa membedakan adanya beberapa model wartawan.
“Ada wartawan yang semi jelas dan tidak jelas, yang tujuannya saat liputan saat ada uangnya saja. Masyarakat awam kan tidak tahu. Akhirnya, masyarakat jadi menilai sama rata bahwa wartawan itu datang hanya untuk minta uang,” tegas Ayong.
Selain melakukan silaturahmi, para pengurus PWI Kabupaten Grobogan juga mengadakan acara tiup lilin Hari Jadi PWI ke 76 dan penyerahan cinderamata dan bingkisan untuk senior wartawan di Kabupaten Grobogan tersebut.
“Senang sekali rasanya didatangi teman-teman ini. Semoga kita semua selalu mendapatkan kelimpahan berkah dari Allah SWT,” ungkap Ayong, yang diamini seluruh wartawan yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Tya Wiedya