JEPARA (SUARABARU.ID) – Setelah melakukan penelitian mulai tahun 2018, Tim Pakar yang dibentuk oleh Yayasan Dharma Bakti Lestari untuk meneliti kepahlawan Ratu Kalinyamat, akhirnya berhasil menyusun naskah akademik dengan judul Ratu Kalinyamat Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549 – 1579. Penelitian terhadap kepahlawan RATU Kalinyamat ini juga didukung oleh berbagai elemen masyarakat Jepara.
Naskah akademik ini ditulis dengan mendasarkan riset kualitatif ini melibatkan sejarawan, arkeolog serta arsiparis serta melibatkan para akademisi dari Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Indonesia Jakarta dan Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara dan University of Porto, Portugal.
“Tim pakar dalam risetnya juga berhasil menemukan delapan sumber primer penulis Portugis, yakni Diego da Coute, Franscisco Pares, Afondo de Noronha, Faria a Sousa, Martins a El Ray, surat Raja Sebastian untuk Gubernur Noronha, Jorge de Lemos, Documentacco Para A Historia Das Missoes Do Padroado Portugues Do Oerientae Insulinda Vol. 4,” ujar Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat, Prof Ratno Lukito.
Sumber-sumber primier ini belum digunakan sebagai dasar pengajuan sebelumnya. “Karena itu, kita menjadi optimistisme agar ke depan Ratu Kalinyamat mendapatkan gelar pahlawan nasional, tambah Prof Ratno Lukito.
Menurut Ratno Lukito ada berapa catatan sejarah terkait dengan Ratu Kalinyamat yang baru terungkap. “Semula kita hanya mengetahui 2 kali penyerangan armada Ratu Kalinyamat untuk mengusir Portugis dari Malaka yaitu tahun 1551 dan 1574. Namun berdasarkan sumber primer, ada 2 kali penyerangan Portugis di Teluk Ambon. Tahun 1554, Ratu Jepara mengirimkan pasukan ke Teluk Ambon menyerang pasukan Portugis di wilayah itu dan tahun 1565, Ratu Jepara mengirim armadanya ke Ambon, karena Portugis mulai menguasai sumber-sumber ekonomi,” ungkap Ratno Lukito
Sementara anggota tim pakar, Dr Alamsyah, dosen Sejarah Undip Semarang menjelaskan, selain ada delapan sumber primer, terdapat sumber artefak yang menunjukkan eksistensi Ratu Kalinyamat di Jepara di antaranya adalah keberadaan Masjid Mantingan Jepara. Jika dalam sumber primer disebutkan bahwa penguasa Jepara bernama Rainha da Japara, itu menunjuk Ratu Kalinyamat. “Pada abad ke 15 masehi, di Jepara tidak ada penguasa wanita selain Ratu Kalinyamat. Dalam historiografi tradisional juga tidak ada nama penguasa wanita lain di Jepara pada periode tersebut selain Ratu Kalinyamat,” ujar Alamsyah.
Naskah akademik inilah yang menjadi salah satu lampiran yang diajukan oleh tim kepada Bupati Jepara Dian Kristiandi untuk mendapatkan rekomendasi dan diajukan secara berjenjang kepada Gubernur Jawa Tengah. Direncanakan audiensi dengan Bupati Jepara dilakukan oleh tim pakar yang dibentuk oleh Yayasan Dharma Bakti Lestari pada hari Kamis (13/1-2021)
Hadepe