blank
Ketua Center for Plasma Research Undip Prof. Muhammad Nur, bersama Koordinator Program PRN Stunting dan juga Profesor Bidang Teknik Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Ignasius D.A. Sutapa, mendemonstrasikan alat pereduksi pestisida yang ada pada sayuran dan buah dengan gelembung mikro ozon.

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Guru Besar Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Muhammad Nur DEA, mengembangkan alat pereduksi pestisida yang ada pada sayuran dan buah.

Alat ini merupakan penelitian yang dikembangkan di Center for Plasma Research Undip dengan menerapkan cara pencucian sayuran dan buah dengan gelembung mikro ozon. Penemuan ini diharapkan bisa membantu pencegahan stunting pada anak yang salah satu sebabnya adalah karena kandungan pestisida pada sayur dan buah yang dikonsumsi.

Alat temuan yang diberi nama Generator Gelembung Ozon Nano & Mikro (GenGONaM) ini merupakan salah salah satu inovasi yang terpilih sebagai masuk dalam Program Prioritas Riset Nasional (PRN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Stunting 2021-2024.

“Saya berharap melalui riset dan inovasi yang kami kembangkan ini bisa menghilangkan pestisida yang ada di makanan dan dapat membantu menangani kasus stunting terhadap anak,” ujar Prof Nur saat melakukan demo alat tersebut, Sabtu (18/12/2021).

Dia mengungkapkan, salah satu faktor yang mendorong temuannya adalah keprihatinan banyaknya kasus stunting akibat produk makanan yang dikonsumsi masyarakat banyak mengandung pestisida sehingga sangat berbahaya.

Konsumsi sayur dan buah yang mengandung pestisida menyebabkan tubuh tidak bisa berkembang dengan baik, dan lebih mengerikannya lagi dapat mengganggu berkembangnya kecerdasan pada anak.

Mengenai cara kerja alat yang dirancangnya, Prof Nur menyampaikan alat ini menggunakan generator ozon dengan produksi gelembung mikro dan nano. Ozon dalam bentuk gelembung mikro dan nano lebih mudah larut di dalam air.

Air terlarut ozon digunakan untuk mencuci produk hortikultura, khususnya sayur dan buah yang mengandung pestisida. Pencucian dilakukan didalam wadah yang diputar (pesawat sentrifugal) agar air bekas cucian langsung keluar dan tidak mengenai produk lagi.

Untuk membangkitkan gelembung nano-mikro ozon, keluaran ozon melalui selang silikon dimasukkan dalam ujung saluran udara melalui pipa venture. Keluaran dari venture tersebut terbentuk gelembung ukuran mikro dan nano.

Kemudian air dari wadah pelarutan dipompa berulang kali sehingga konsentrasi yang terlarut akan lebih cepat mencapai tingkat yang diperlukan dalam pemanfaatan air dengan ozon terlarut untuk pencucian.

“Ozon itu mengandung tiga atom oksigen. Di dalam air satu atomnya akan terlepas menjadi oksigen radikal. Oksigen radikal inilah yang merusak senyawa pestisida dan terlepas dari permukaan sayur dan buah. Dengan gabungan air berozon dan pesawat sentrifugal, berbagai uji yang dilakukan, alat ini bisa mereduksi pestisida mencapai 95 persen dalam 10 menit. Perlakukan ini menjadikan bahan baku makanan khususnya bagi ibu menyusui dan anak tak lagi terkontaminasi pestisida,” ungkap Prof Nur.

Koordinator Program PRN Stunting dan juga Profesor Bidang Teknik Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Ignasius D.A. Sutapa, MSc, yang turut hadir bersama tim mengatakan inti program PRN Stunting ini merupakan komitmen pemerintah dengan mendukung program riset nasional terkait dengan percepatan penanganan stunting.

Menurut Prof Sutapa, melalui program ini telah masuk sebanyak 250 proposal, dan dari jumlah tersebut terpilihlah 38 proposal dalam Prioritas Riset Nasional Stunting ini. Dari 38 proposal yang dipilih masuk program PRN Stunting ini, 7 proposal berasal dari Undip.

“Kami berharap bahwa ke depan Undip bisa memberikan kontribusi nyata dari hasil program ini, sehingga tujuan jangka menengah Undip dapat membantu target pemerintah menurunkan kasus stunting yang ada di Indonesia dari 30% menjadi 14,5 persen bisa tercapai,” katanya.

Menurutnya, kasus stunting masih menjadi problem bagi pemerintah Indonesia. Hasil temukan kasus stunting di Indonesia masih di atas 30 persen, sementara badan kesehatan dunia, WHO, mematok kasus stunting di setiap negara harus bisa di bawah 20 persen.

Artinya ada pekerjaan rumah yang besar dalam hal stunting yang harus diatasi secara bersama agar generasi mendatang kondisinya lebih baik.

“Target utama program ini adalah riset dan inovasi bisa memberikan kontribusi terhadap hal-hal yang konkrit, bisa berupa teknologi, produk pangan, peta jalan, konten untuk pendidikan literasi atau konsep-konsep yang dibutuhkan. Aspeknya adalah mencangkup asupan gizi, mindset atau perilaku, dan ketersediaan sanitasi air minun bersih,” katanya.

Hery Priyono