blank
Petugas menerima informasi tentang perkembangan aktivitas Gunung Semeru melalui base station Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Foto: Ant

LUMAJANG (SUARABARU.ID) – Proses pencarian korban dampak awan panas guguran Gunung Semeru telah memasuki waktu sepekan, dan organisasi komunitas Radio Antar-Penduduk Indonesia (RAPI) Kabupaten Lumajang, berperan penting dalam membantu kelancaran evakuasi melalui komunikasi handy takly (HT).

“Informasi yang disampaikan oleh anggota RAPI langsung disampaikan dan menyebar ke seluruh penjuru Semeru,” kata Ketua RAPI Lumajang, Jawa Timur Edi Faisol di Lumajang, Sabtu.

Edi menjelaskan semua aparat dan tim gabungan yang bertugas mengevakuasi selalu memantau perkembangan Gunung Semeru melalui frekuensi RAPI, sehingga berbagai berita yang ada di lapangan cepat menyebar ke setiap posko bantuan hingga posko pengungsian.

“Saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke pengungsian korban erupsi Semeru pada Selasa (7/12), Pasukan Pengamanan Presiden juga menggunakan frekuensi RAPI untuk mengetahui semua perkembangan aktivitas Gunung Semeru.”Semua aparat di Lumajang bisa tahu tentang berita-berita Semeru,” ungkap Edi.

Lebih lanjut, dia menyampaikan saat peristiwa erupsi terjadi pekan lalu, anggota RAPI Lumajang langsung bergerak ke lokasi kejadian dan membangun beberapa base station untuk memudahkan komunikasi di Desa Penanggal, Sumberwuluh, dan Pasirian.

Repeater frekuensi terletak di Gunung Tambuh dengan ketinggian antena mencapai 30 meter yang dapat menjangkau sebagian Jawa hingga Bali.

Edi mengatakan penempatan repeater di lokasi itu mengutamakan daerah-daerah rawan bencana, salah satunya kawasan Gunung Semeru. “Informasi sekecil apapun langsung disebarkan di titik masing-masing dan disampaikan ke posko rapiter di Desa Penanggal. Kami ikhlas walau tanpa bayaran bisa menginformasikan kepada aparat terkait,” ujar Edi.

Pada Kamis pagi (9/12), saat puncak Semeru tertutup mendung pekat, anggota RAPI Lumajang yang tersebar di segala penjuru lereng Semeru langsung menginformasikan berita visual itu melalui HT.

“Aliran sungai tercium bau belerang. Petugas yang berada di sungai diminta menghentikan sementara aktivitasnya. Cuaca kurang bersahabat, alangkah baiknya turun sementara,” kata seorang petugas kala itu.

Relawan organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Akbar mengatakan setiap informasi yang disampaikan oleh para anggota RAPI melalui frekuensi handy talky sangat berguna untuk para relawan yang bertugas di lapangan, karena mereka dapat mengetahui jumlah pasien di setiap pengungsian, kondisi puncak Semeru, hingga berbagai kendala di lapangan.

Berdasarkan data Pos Komando Tanggap Darurat Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru, jumlah korban yang terdampak awan panas guguran mencapai 6.542 jiwa. Mereka tersebar di ratusan titik pengungsian mulai dari Lumajang, Malang, dan Blitar.

Ant