JEPARA (SUARABARU.ID)- Ada yang menarik dalam acara peringatan Maulid Nabi SAW pada Rabu, (3/11) malam. Acara Maulidan yang digelar di Desa Guyangan dihadiri perwakilan dari NU, Syi’ah serta Muhammadiyah. Tampak hadir juga Bupati Jepara, Camat, Lurah, serta perangkat desa.
Selepas pukul 20.30 WIB, acara dimulai, sementara sebagian perwakilan ormas telah berada di balai Masjid ar-Rosul al-Akrom, bersholawat dengan diiringi ketipung rebana anak-anak Ponpes Darut Taqrib Jepara. Ratusan jamaah dari pojok-pojok dusun desa berdesakan memenuhi lokasi acara maulid.
Plataran luas depan masjid, sudah padat merayap dipenuhi manusia yang penuh gelora cinta dan kerinduan dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang dibalut momentum spesial bulan berkah dan rahmah, Bulan Rabiul Awal. Getaran Maulidan semakin kuat menyelimuti malam pengajian itu, ketika acara mulai dibuka dengan tadarusan oleh Ustadz Syafii S.Pd.I., yang membacakan penggalan Surat al-Ahzab, dan dilanjutkan dengan Tahlil yang dipimpin Ustadz Ali Syafaat S.Pd.I. dilanjutkan sambutan-sambutan yang meneguhkan atmosfer kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kiai Nur Alim sebagai ketua panitia, dalam sambutannya, meminta hadirin untuk nyinauni dan meneladani Kanjeng Nabi dengan memperbanyak sholawat sebagai bekal hidup di masyarakat yang majemuk. Kiai Nur juga mengajak hadirin untuk menjaga persatuan, kerukunan, tepo seliro dan membela Kanjeng Nabi SAW. Menurut Kiai yang hari-harinya dihabiskan mengajar di Ponpes DATA Jepara itu, sambil menyebut Surat al-Kausar, Allah SWT tidak hanya bersholawat kepada Kanjeng Nabi, juga membelanya disaat manusia agung itu dihina oleh seorang kafir dengan sebutan “abtar” (terputus keturunannya).
Sementara itu Kiai Miqdad Turkan, dalam sambutannya mengatakan, semua umat Islam, baik Sunnah maupun Syiah merujuk kepada kitab yang sama, yakni al-Quran. Perbedaan yang terjadi bukan pada al-Qurannya, tapi pada tafsir surat-surat al-Quran tidak terlepas dari versi dan tafsir sejarah. Belum lagi kita menghitung dimensi politik yang melatarbelakangi lahirnya versi dan tafsir tersebut sehingga akan ditemukan berbagai macam tafsir pada sosok manusia agung ini. Namun demikian, menurut Anggota Dewan Syura ABI itu, perbedaan tafsir tidak serta merta menjadikannya sebagai bentuk perpecahan.
Ketua MWCNU cabang Bangsri KH. Nur Ihsan dalam sambutannya memuji panitia pelaksanaan acara mulidan yang menurutnya sangat unik, dan ide-ide yang cemerlang ini, bisa dikembangkan secara terus menerus. Dan berharap acara seperti ini bisa dilakukan juga oleh NU yang dihadiri oleh Syiah dan Muhammadiyah.
Menurut beliau, unik karena, acara ini dihadiri oleh semua unsur ormas keagamaan, mulai dari NU, Ahlulbait Indonesia (Syiah) dan Muhammadiyah. Ada kesamaan keunikan dalam acara ini dengan kerukunan yang ada di desa Bondo, Jepara. Di desa itu, kata beliau, bukan hanya persatuan dan toleransi terpupuk dengan baik antar NU, Muhammadiyah dan Syiah saja, bahkan antar non-Muslim.
Sementara itu Ustadz Asmui S.Pd. sebagai Sekretaris Muhammadiyah mewakili ketua Muhammadiyah cabang Guyangan memuji panitia atas diadakannya acara ini. Menurutnya, malam ini adalah malam penuh nikmat luar biasa, sebab semua mazhab-mazhab hadir dalam acara Maulidan ini. Beliau juga mengeluarkan jokes ketika mengomentari banyaknya perwakilan ormas-ormas yang member sambutan, yang seolah ini tak ubahnya lomba pidato yang masing-masing mengeluarkan uneg-unegnya. Terkait perbedaan, beliau menegaskan bahwa di sini (Guyangan) masing-masing masih terikat erat dengan ikatan persaudaran, baik Muhammadiyah, NU dan Syiah.
Sementara KH Hisyam Zamroni, S.Ag, M,Si, wakil ketua PCNU Jepara dalam ceramah menekankan pentingnya meneladani Kanjeng Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan bermasyarakat. Sekalipun kita tidak pernah ketemu Kanjeng Nabi, tapi cinta kita kepada beliau untuk syafaat nanti dan bukti cinta itu adalah dengan mendatangi Maulidan ini oleh siapapun. Cinta kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW inilah yang menjadi magnet hadirnya kita disini.
Ua/Hadepe