KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-Melihat perkembangan teknologi dewasa ini pemerintah punya political will yang kuat untuk membangun ekosistem penelitian dan pengkajian ilmiah yang serius. Itu terkait terbitnya Perpres 78 Tahun 2001 yang mengatur pemusatan integrasi dari penelitian yang ada di Indonesia.
Jadi ke depan, dengan adanya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), semua lembaga kementerian ditarik ke BRIN, dikontrol dan difasilitasi oleh BRIN.
Itu artinya pemerintah ingin penelitian berkembang pesat.
Selain itu, hasil penelitian dapat masuk ke pasar dan digunakan dengan baik.
Sejauh ini banyak penelitian. Seseorang meneliti, setelah itu jadi desertasi, atau jurnal, setelah itu sudah. “Eman-eman kan, biayanya mahal. Saya berharap ke depan hasil penelitian bisa dijual”.
Anggota Komisi VII DPR RI, H Abdul Kadir Karding, mengatakan hal itu dalam acara Bakti Teknologi Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-26, Badan Riset dan Inovasi Nasional, pelatihan penyusunan karya tulis ilmiah untuk guru di Magelang, hari ini Rabu (3/11).
Selebihnya dia ingin, peneliti pun harus dihargai layaknya di luar negeri, sehingga mereka fokus. Kalau fokus dia yakin ilmu pengetahuan dan penelitian akan berkembang. “Ini syarat untuk bersaing dengan negara lain,” katanya.
“Sejalan dengan itu butuh penguatan dan pengembangan penelitian yang serius,” imbuhnya.
Pelatihan Guru
Plt Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi Masyarakat dan UMKM, BRIN, Hardi Julendra, ketika ditemui tadi menambahkan, Pemerintah memandatkan ke BRIN untuk melakukan hal-hal yang terkait proses penanggulangan pandemi. BRIN sudah menginisiasi banyak vaksin. Ada vaksin Merah Putih, yang bekerja sama dengan industri farmasi. Pengembangan vaksin itu memang belum dilepas ke masyarakat, tetapi BRIN konsentrasi untuk itu. Obat-obat untuk penanggulangan pandemi juga dikembangkan di Indonesia. Tentang vaksin Merah Putih sebentar lagi akan ada uji klinis dan tahapan-tahapan selanjutnya.
Dipaparkan, BRIN juga melanjutkan upaya Ristek, LIPI, Batan, dan Lapan, dalam rangka pengembangan UMKM berbasis pemanfaatan hasil riset dan inovasi. “Jadi kami melanjutkan,” jelasnya.
Sejauh ini sudah banyak UMKM yang telah dibuat. Jangan sampai setelah terintegrasi malah UMKM-nya tidak jalan.Jadi ada tugas untuk lebih meningkatkan peran UMKM, terutama dari sisi pemanfaatan riset dan inovasi.
Terkait pelatihan yang digelar BRIN hari ini, menurut dia, karya tulis guru juga bagian dari tugas BRIN untuk peningkatan sumber daya manusia, bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Ditambahkan, di BRIN banyak sekali periset yang berskala internasional.
Kemampuannya menghasilkan jurnal yang sifatnya internasional sudah banyak. Jadi dimanfaatkan keilmuannya untuk membina para guru membuat karya ilmiah yang baik.
Kalau guru sudah terbiasa membuat publikasi, tentunya lebih mudah menularkan ke muridnya. “Kalau gurunya sudah dididik publikasi yang baik diharapkan mudah untuk menjadi pembina lembaga karya ilmiah remaja (LKIR) di sekolahnya,” harapnya.
Eko Priyono