blank
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen, melihat budidaya maggot di Desa Kalisapu - Slawi, Minggu (24/10/2021). (doc/ist)

TEGAL (SUARABARU.ID) – Budidaya maggot atau larva lalat tentara hitam (black soldier fly/ BSF) bisa menjadi salah satu solusi atas persoalan tumpukan sampah organik.

Saat mendapat kunjungan dari Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, Minggu (24/10/2021), pelaku budidaya maggot di Desa Kalisapu – Slawi, Afifudin mengatakan, untuk menghasilkan 50 kg maggot per hari, dibutuhkan sampah organik sebanyak 500 kg. Untuk memenuhi kebutuhan itu, dia mendapatkan sampah organik dari 2 perumahan, 2 pondok pesantren, dan kekurangannya mencari di pasar terdekat.

“Sisanya kekurangan (sampah) kami ke pasar. Ada kru kami, 3 orang, semua mantan anak jalanan, anak punk, ke pasar,” kata dia kepada Taj Yasin.

Sampah dari pasar, selanjutnya dipilah, dan dimasukkan di ember-ember tertutup sehingga tidak terlalu menimbulkan bau. Setelah itu difermentasi dan dua – tiga hari kemudian diberikan untuk pakan maggot.

Budidaya maggot ini, tak hanya memberi dampak positif dari sisi ekonomi, tetapi juga mampu mengubah perilaku masyarakat terhadap sampah. Afifudin mengatakan, masyarakat di lingkungannya kini sudah mau memilah sampah.

Budidaya maggot yang pakannya mampu mengubah perilaku masyarakat terhadap sampah, menurut Wagub Taj Yasin, menarik. Ini bisa menjadi salah satu upaya menyelamatkan bumi.

“Jadi pengurangan sampah itu yang paling utama. Menurut rekan-rekan, pengurangan sampah bisa sampai 80 persen, nggak ada yang terbuang. Utamanya sampah organik,” tuturnya.

Dengan kebutuhan sampah organik yang besar untuk budidaya maggot, Taj Yasin berpandangan, suatu saat bisa tidak terlalu membutuhkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebab, sampah organik sudah terbuang secara alami.

“Maka saya berharap bukan maggotnya (dari sisi ekonomi) yang kita harapkan, tapi perubahan budaya masyarakat yang kita harapkan untuk memilah dan seterusnya,” pungkas dia.

Hery P