SAHABAT saya pernah mengalami kejadian aneh. Tahun 1999 ketika warungnya mulai banyak pelanggan, tiba-tiba muncul ratusan lalat memenuhi warungnya, bahkan makanan yang baru diangkat dari wajan pun setengah jam kemudian sudah basi.
Kejadian itu berlangsung tujuh hari yang menyebabkan warungnya tidak lagi didatangi pelanggan. Keanehan lain ketika dia bertemu pelanggan di luar warung, pengakuan mereka setiap kali ke warung, pintunya tampak tutup, dan banyak sarang laba-laba dan tumpukan sampah berserakan.
Namun karena selama hidupnya dia lurus-lurus saja, dia meyakini apa yang sedang dia alami itu sebagai ujian yang tentu ada hikmahnya. Dia tidak mau menduga siapa yang melakukannya.
Teman lain, pengalamannya beda lagi. Dia mengalami nyeri pada bagian perutnya. Karena penanganan medis belum berhasil, dia mencoba cara supranatural, dan oleh orang pintar dia menjalani operasi tanpa bius.
Alat yang digunakan untuk operasi itu pusaka kecil. Saat pembedahan, darah dan nanah menetes dari tubuh dan dari dalam perut ditemukan boneka gantungan kunci yang pada bagian wajahnya ada foto dirinya. Setelah dia diberitahu siapa yang “menitipkan” boneka itu dalam perutnya, dia mengaku tidak sakit hati.
Dia justru sering menghubungi teman yang diduga menyantet itu untuk diajak makan bersama. Tujuannya, jika benar dia pelakunya, dia ingin “setor muka” kalau dirinya sehat-sehat saja. Sebaliknya, jika dugaan itu salah, ajakan makan itu sebagai “ganti rugi” atas tuduhannya.
Sihir Versus Maunah
Sihir adalah kelebihan yang diberikan kepada orang yang amal buruknya lebih banyak dibandingkan amal baiknya. Sedangkan kelebihan yang dimiliki orang beriman disebut maunah, jika dikalangan wali disebut karomah, dan dikalangan Nabi dan Rasul disebut mukjizat.
Kemampuan linuwih untuk “mengirim rasa” dari jarak jauh itu konsep atau ritualnya mirip-mirip teknik telepsikokinesis. Misalnya, dikalangan orang awam, disaat ada rumah dibobol maling, lalu dicari bekas telapak kaki maling kemudian digoreng pada wajan (tanpa minyak) sambil membaca mantra“sumpah serapah.”
Ilmu semacam ini sudah ada sejak zaman dulu. Sedangkan fenomena sihir itu sudah ada sejak zaman Sulaiman AS. Bahkan pada zaman itu, banyak kaum Nabi yang dikenal kaya raya itu banyak yang tertarik memelajari sihir.
Dalam tafsir Alrmaraghi, disebut saat itu ada dua cendikiawan yang karena kepandaiannya kemudian disebut Malaikat. Pendapat lain mengatakan keduanya itu disebut disebut Harut dan Marut yang sering menerima wisik atau inspirasi metafisis yang mengilhami keilmuan-keilmuan baru.
Versi lain, keduanya itu disebut malaikat yang diturunkan dari langit. Keduanya mengajarkan sihir, namun setiap ada yang akan belajar, dijelaskan bahwa dirinya itu diturunkan ke bumi itu sebagai ujian bagi kaum Nabi Sulaiman AS.
Dan setiap ada yang ingin belajar sihir, terlebih dulu disuruh buang air kecil dulu. Jika saat buang air kecil itu tampak ada yang keluar sesuatu yang keluar dari alat vitalnya lalu terbang ke langit, mereka dianggap dianggap lulus. Karena hakikatnya yang terbang itu imannya. Dengan kata lain, orang itu baru bisa menguasai ilmu sihir setelah dia melepas keimannya.
Doa Keadilan
Di lingkungan pelaku ilmu metafisika, terutama yang versi white magic, ada konsep universal yang dapat difungsikan untuk “bertahan” namun ada juga yang karakternya melontarkan “energi balik” ketika ada serangan atau niat jahat.
Konsep ini pada akhir tahun 70-an, pernah dilakukan oleh tokoh masyarakat yang rumahnya dibobol pencuri. Karena ingin mengetahui pelaku dan agar barangnya bisa kembali, dia sowan sesepuh di perbatasan Jateng-Jatim.
Oleh tuan rumah, dia diberi amalan yang harus dibaca pada waktu tertentu. Sesepuh itu tidak menyebut apa yang nanti akan terjadi pada pencurinya, karena yang diberikan itu disebut “Doa Mohon Keadilan”.
Belum genap satu bulan dibaca, siang hari ada lelaki datang dengan tongkat penyangga tubuhnya. Setelah diamati, dia mantan pembantu di keluarga itu. Tamu itu menangis dan minta maaf. Ketika ditanya kenapa dengan kakinya?
Dia mengisahkan, satu bulan lalu saat tidur siang, dia bermimpi disuruh tuan rumah itu memetik buah kelapa. Antara tidur dan sadar, dia memanjat pohon kelapa dekat rumahnya. Dan ketika sampai ketinggian pohon itu dia tersadar, kaget lalu terjatuh dan kedua kakinya cidera.
Merasa kualat, dan selalu dihantui mimpi dikejar-kejar mantan majikannya, dia lalu mendatangi rumah yang dimalingi itu. Dia datang diantar andong, dan setelah itu dia menangis dan minta maaf karena telah mencuri di rumah majikannya.
Doa untuk minta keadilan ini bukan untuk mencelakai seseorang, karena niat yang diprogram adalah mohon keadilan-Nya. Soal Dia memberi balasan dalam bentuk yang bagaimana dan yang seperti apa, semua diserahkan kepada Tuhan yang Mahaadil.
Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati