Pelatihan Pembuatan Canting Cap dari Limbah Kertas untuk pengembangan Batik Motif Perang Obor Tegalsambi

JEPARA (SUARABARU.ID) – Wijaya’s Batik Jepara merupakan pengrajin batik yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan pengrajin batik yang lain. Perajin batik dari Desa Tegalsambi yang  berdiri pada tahun 2019 ini  memproduksi batik dengan mengangkat motif perang obor sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya desa.

Karena itu Wijaya’s Batik Jepara juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Desa Tegalsambi dengan memakai kemeja batik motif perang obor untuk mengenalkan batik motif perang obor ke luar desa dan kota.

Motif Batik Perang Obor Tegalsambi yang dibuat dengan Canting Cap dari Limbah Kertas

Namun demikian  Wijaya’s Batik Jepara masih menggunakan metode manual, yaitu dengan menggunakan teknik canting tulis yang membuat harga jual dipasaran terbilang mahal. Karena itu setelah bermitra dengan tim  KKN Universitas Islam Nahdhatul Ulama  Jepara kelompok 81 dikembangkan teknik canting cap dari limbah kertas.

Tim KKN ini terdiri dari  M. Anwarudin Romli, Syarofatin Nabila, Laily Maulidiyah, Nurul Aini, dan Wanda Nur Safitri. Mereka dibimbing Dosen Pembimbing Lapangan, Solikhul Hidayat, S.E., M.Si.  Dengan bermodal limbah kertas seperti bungkus rokok, kardus obat, kardus susu, dan bekas kardus makanan, KKN Kelompok 81 berkreasi membuat canting cap dari limbah kertas.

Pengecapan canting cap limbah kertas oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Solikhul Hidayat, S.E., M.Si.

Menurut  M. Anwarudin Romli salah satu anggota tim KKN,  proses pembuatannya canting cap berbahan limbah kertas tergolong cepat. Sedangkan bahan utama dan bahan pelengkap yang diperlukan untuk membuat canting cap kertas bekas pun harganya cukup terjangkau dan mudah di jumpai dilingkungan sekitar

Untuk merealisasuikan gagasan tersebut, Tim KKN Kelompok 81 juga mengadakan seminar tentang batik di pendopo balai desa Tegalsambi dengan mengambil tema pemanfaatan limbah kertas sebagai media pembuatan batik cap. Dalam seminar tersebut juga ada pengecapan canting cap limbah kertas ke kain yang dilakukan oleh Kepala Desa Tegalsambi dan Dosen Pembimbing Lapangan Kelompok 81 sebagai pembuktian bahwasanya limbah kertas bisa digunakan sebagai media canting cap.

Pembuatan Canting Cap dari limbah kertas oleh Tim KKN Unisnu

Seminar ini menghadirkan pemateri Saadatul Aliah, S.Pd. seorang guru sekaligus pemilik usaha Pesona Batik Jepara. Seminar ini dihadiri oleh Mitra UMKM Wijaya’s Batik Jepara, Kepala Desa Tegalsambi, Dosen Pembimbing Lapangan Kelompok 81, Masyarakat Desa Tegalsambi, serta tim KKN.

Saadatul Aliah, dalam paparannya menjelaskan, canting cap berbahan limbah kertas tidak kalah dengan canting cap berbahan tembaga dalam hal detail isen-isen yang terdapat pada motif batik perang obor” tuturnya. “Dan hasil batik capnya pun tidak kalah bagus dengan menggunakan canting cap berbahan tembaga.”ujarnya.

Terkait dengan pemanfaatan limbah kertas,  Gunawan, S.T., M.T. selaku panitia KKN Unisnu menyampaikan sebagai sebuah konsep yang sangat menarik dari KKN Kelompok 81 untuk dikembangkan. Sebab  dari bahan limbah kertas tercipta sebuah kreatifitas untuk membuat canting cap berbahan limbah kertas, dan juga manfaat limbah kertas untuk membuat canting cap juga dapat dikatakan efektif untuk mengurangi penumpukan sampah”. tuturnya.

Sementara Kepala Desa Tegalsambi Agus Santoso SE mengungkapkan apresiasinya terhadap  inovasi batik cap dari bahan limbah kertas. Ini diharapkan  akan menjadi salah satu solusi usaha batik yang ada di Desa Tegalsambi yang harga jual batik motif perang obor dipasaran yang terbilang mahal karena pengerjaannya menggunakan teknik canting tulis.

Alvaros

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini