JEPARA (SUARABARU.ID) – Banjaran merupakan salah satu desa yang ada di Bangsri. Di desa tersebut terdapat banyak UMKM yang terdampak pandemi salah satunya yaitu UMKM Kripik Singkong Hasbuna, milik Mustaqim. Tim KKN 25 memilih bermitra UMKM tersebut.
Niat Mustaqim mendirikan usaha usaha Keripik Singkong Hasbuna tidak semata-mata untuk mendapatkan keuntungan yang banyak tetapi untuk mendapatkan rezeki yang cukup untuk menghidupi keluarganya sehari-hari.
“Saya mendirikan usaha ini karena saya tidak suka bekerja dengan orang lain. Dulu beberapa kali saya pernah bekerja ikut orang tetapi tidak lama,” kata Mustaqim.
Memulai dan mempertahankan usaha memang tidaklah mudah, tetapi Mustaqim selalu mensyukuri apapun itu dan masih memikirkan orang lain yaitu dengan tidak mau mencantumkan nomor HP pada label produk yang diproduksi.
“Dulu pernah saya cantumkan, sehingga banyak orang yang langsung pesan kesini dan tidak lagi membeli ke toko yang saya setorkan produk saya. Saya beranggapan bahwa itu sama saja saya mematikan rezeki toko tersebut”, ujar Mustaqim.
Keripik singkong Hasbuna didirikan pada tahun 2017 beralamat di desa Candi Banjaran RT 01/ RW 01 Bangsri, Jepara. Dari awal pendirian, omset yang didapatkan cukup meningkat setiap tahunnya. Namun, setelah adanya wabah Covid-19, omset yang diperoleh Mustaqim menurun.
Sebelum pandemi Covid-19, setiap hari Mustaqim bisa memproduksi 100 bungkus. Namun sekarang hanya 50% nya saja. “Covid-19 sangat mempengaruhi, dulu setiap hari bisa memproduksi 100 bungkus, tetapi sekarang ini produksi hanya dilakukan 2-3 hari sekali saja,” kata Erna, istri Mustaqim.
Mustaqim sudah tidak bingung lagi untuk mendapatkan bahan baku keripik, karena sudah ada yang memberi stock kerumah setiap harinya. “Untuk bahan baku singkong sudah ada yang memberi stok setiap harinya, jadi kami bisa selalu memproduksi,” kata Mustaqim.
Dari persoalan yang dihadapi Mustaqim dan Erna, tim KKN 25 berdiskusi untuk fokus dalam pemasaran produk Hasbuna. Tim KKN Kelompok 25 ini beranggota Alwi Abdurrohman Salam, Nurfirdaus Siyatus Solekhah, Syahar Banu, Ninda Novitasari dan Ahmad Sadid dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mereka didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan Alex Yusron Al Mufti, S.Ag., M.S.I
Setelah melakukan observasi dan diskusi dengan Mustaqim, kemudian dilakukan pemasangan plang lokasi dipinggir jalan, banner di depan rumah, lokasi google maps, membuatkan facebook serta mengenalkan ke warung2 kopi untuk tempat setoran. Tim KKN 25 juga ikut mempromosikan di sosial media. “Alhamdulillah setelah adanya pengembangan di bidang marketing penjualan keripik saya menjadi lebih cepat habis,” ujar Erna.
Selain memproduksi keripik singkong, Mustaqim dan Erna juga memanfaatkan limbah dari produksi mereka. Mereka memanfaatkan limbah kulit singkong untuk pakan hewan ternak. “Kami juga memelihara hewan ternak, Daripada kulit dibuang percuma, kami merendam, lalu menjemur kemudian bisa untuk makan hewan ternak,” ujar Mustaqim. Selain itu limbah arang kayu bakar sisa proses penggorengan keripik juga di olah lagi untuk dijual, ujarnya.
Alvaros – Syahar Banu