longsor
Curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan senderan ( talud) dengan panjang 12 meter dan tinggi delapan meter yang berada di depan rumah Wardi dan Saifudin warga Dusun Glapansari, Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung longsor. Foto: Yon

TEMANGGUNG, (SUARABARU.ID)-Curah hujan dengan intensitas  tinggi yang melanda wilayah Kabupaten Temanggung pada Minggu ( 26/9)  menyebabkan tanah bergerak di dua titik lokasi di wilayah Kabupaten Temanggung.

Peristiwa tanah longsor  yang pertama terjadi  Dusun Glapansari, Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung  dan menyebabkan senderan (talud) longsor.

“Sedangkan kejadian kedua terjadi Dan kejadian kedua di Dusun Nogo, Desa Salamsari, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung yang terjadi sekitar pukul 23.00 WIB,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung, Totok Nursetyanto, Senin ( 27/9).

Totok mengatakan, tanah longsor yang terjadi di Dusun Glapansari tersebut dikarenakan hujan dengan intensitas tinggi dan  mengakibatkan saluran drainase rumah tangga tidak mampu menahan debit air. Kemudian, luapan dari saluran air tersebut kemudian  menghantam senderan dengan panjang 12 meter dan tinggi delapan meter, berada di depan rumah Wardi dan Saifudin.

Longsoran tanah tersebut juga menyebabkan, pondasi rumah milil Wardi juga  terlihat, karena tanah terbawa arus air. Pada kejadian tersebut tidak ada korban jiwa manusia. Melainkan kerugian material berupa senderan talud dan  ditaksir senilai Rp 30 juta.

Ia  menambahkan, kejadian kedua yang terjadi pada Minggu  sekitar pukul 23.00 WIB mengakibatkan satu unit rumah milik Lestari Uji Solcihah, warga Dusun Nogo, Desa Salamsari, Kecamatan Kedu ambruk.

Totok menjelaskan, kejadian ambruknya rumah berukuran 9 meter kali 5,5 meter tersebut diduga karena pergerakan tanah yang diakibatkan hujan yang cukup deras.

Dengan aanya kejadian tersebut, pihaknya mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tanah longsor untuk meningkatkan kewaspadaan. Terlebih saat ini memasuki musim penghujan dengan intensitas tinggi dan durasi panjang yang berpotensi menimbulkan musibah tanah longsor maupun banjir.

“Kami mengimbau kepada warga yang tinggal di daerah rawan bencana longsor maupun banjir untuk meningkatkan kewaspadaan, dan jika menemukan tanda-tanda akan terjadi bencana alam agar mengungsi ke tempat yang aman,” tandasnya.

Sementara itu Kepala Desa Salamsari, Firman Wibisono mengatakan, rumah yang ambruk milik Lestari Uji Solichah tersebut  baru beberapa bulan selesai dibangun dan belum sempat dihuni.

“Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa manusia, karena rumah tersebut masih baru dan belum dihuni oleh pemiliknya,” katanya.

Ia menambahkan, meskipun tidak menimbulkan korban jiwa manusia, tetapi dalam kejadian  tersebut, menyebabkan kerugian material sekitar Rp 80 juta. Yon