blank
Atikoh Ganjar Pranowo (Ketua Dekranasda Jateng). Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah, Atikoh Ganjar Pranowo, meminta perajin wastra (kain batik, tenun), beradaptasi dengan perubahan tren fesyen saat pandemi. Selain itu, perajin diminta responsif terhadap pemasaran digital yang berkembang semakin cepat.

Hal itu dikatakan Atikoh, saat menjadi pembicara inti dalam Kursus Busana Daring, yang diselenggarakan Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Dinkop Jateng, Kamis (23/9/2021).

Menurutnya, pergeseran tren fesyen berpengaruh besar pada pola bisnis perajin dan produk yang dihasilkan.

BACA JUGA: Lurah Jangli Siap Fasilitasi Warganya Dalam Penyertifikatan Surat Tanah

”Dengan tidak adanya acara kondangan, pesta lebih banyak Work From Home, tentu permintaan pasar juga berubah. Teman-teman UKM harus menangkap peluang itu dengan cara buat baju yang sopan, kasual dan nyaman,” ujarnya.

Dengan kondisi itu, dia meminta perajin melihat peluang pasar. Caranya dengan tidak hanya memproduksi kain, tetapi membuat pakaian siap pakai. Langkah itu dinilai Atikoh sebagai cara adaptif mempertahankan bisnis, di tengah badai pandemi covid-19.

Dia juga membeberkan data, pada masa pandemi covid-19, pembelian daster justru meningkat 300 persen. Selain itu, ekspor kayu dari Indonesia juga naik sekitar 30 persen. Ini disebabkan dengan pola Work From Home yang menyebabkan berkeinginan mendekorasi rumah.

BACA JUGA: Kakanwil Jateng Melakukan Penandatanganan Kontrak Addendum dengan 36 OBH

Tak hanya itu, Atikoh juga meminta para perajin mengakrabi dunia jualan online. ”Saya juga siap endorse produk UKM. Produk apa saja yang akan diproduksi, nanti saya endorse. Yang terpenting harus beli ya,” ungkap Atikoh.

Sementara itu, Kepala Dinkop UKM Jateng Ema Rachmawati menambahkan, pihaknya menggandeng banyak pihak, untuk mengembangkan sektor fesyen.

Ini dilakukan, satu di antaranya dengan memberi pelatihan pelaku UKM di Kecamatan Lasem, dengan mengubah produk kain batik menjadi ready to wear.

BACA JUGA: Gandeng PMI Blora, Perhutani Randublatung Aksi Donor Darah

Sedangkan desainer dari Indonesian Fashion Chamber, Lisa Fitria mengungkapkan, perusahaan fesyen terkenal kini mulai mengembangkan baju berbasis wastra.

”Desainnya tidak perlu macam-macam. Ini saya berikan contoh seperti Dior yang membuat baju dari batik dan tenun endek, menjadi ready to wear,” pungkas Lisa.

Riyan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini