JEPARA (SUARABARU.ID) – Tahu Walik Bu Ida dapat disebut pelopor tahu walik di Jepara, tepatnya di Kelurahan Ujung Batu, RT. 08 RW. 03, Jepara. Tahu Walik Bu Ida merupakan salah satu UMKM di Jepara yang saat ini memiliki 4 karyawan. Selain tahu walik, saat ini Bu Ida juga mempunyai menu baru yaitu Tahu Walik Banjir dengan saus menyerupai kuah.
Ciri khas tahu walik Bu Ida adalah dari petis yang digunakan diambil langsung dari Jawa Timur. Petis merupakan bumbu masakan yang terbuat dari bahan utama rebusan udang atau ikan yang dimasak lagi hingga mengental seperti saus. lalu ditambahkan gula dan kombinasi dengan aneka rempah lainnya.
Bu Ida memang berasal dari Banyuwangi dan tinggal di Jepara setelah menikah. Suaminya warga Kelurahan Ujungbatu, Jepara. Pada awal merintis usaha, Bu Ida dibantu saudaranya, mbak Nor yang menjajakan dagangannya dengan cara menitipkan hasil produksinya pada warung-warung dan angkringan.
Seiring dengan semakin dikenalnya Tahu Walik Bu Ida, usaha ini mampu memproduksi 6000 tahu walik perharinya. Meskipun bertempat di gang sempit tidak membuat tahu walik Bu Ida sepi pelanggan. Terbukti dengan stabilnya produksi dimasa pandemi ini. Apalagi sekarang ini penjualan dengan menggunakan media online sangat membantu bagi para pelaku usaha UMKM.
Berkaitan dengan produksi tahu walik yang setiap harinya membutuhkan minyak goreng yang banyak, tentu juga menghasilkan limbah miyak goreng yang cukup banyak. Minyak jelantah yang sudah tidak terpakai tersebut apabila dibuang sembarangan akan mencemari lingkungan. Karena itu Bu Ida berinisiatif untuk mengolah limbah minyak jelantah tersebut. Namun keinginan itu terhalang oleh kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan minyak jelantah.
Bermitra dengan Tim KKN Unisnu
Beruntung, Bu Ida bertemu dengan Tim KKN Unisnu Kelompok 76 yang sedang melaksanakan observasi di desa Ujung Batu. Tim yang terdiri dari Alingga Anisful Laili, Ana Lailatul Mubaroroh, Nor Khanifah, Nurul Fadillah, dan Zuniartiningrun dari Fakultas Sains dan Teknologi dengan dosen pembimbing lapangan Yayan Adi Saputro, S.T., M.T. ini kemudian menjadikan Tahu Walik Bu Ida sebagai Mitra.
Dari hasil diskusi dengan Tim KKN Unisnu angkatan XI Kelompok 76 yang diketuai oleh Nurul Fadillah, akhirnya ditemukan cara untuk mendaur ulang minyak jelantah sebagai bahan dasar sabun.
Bahkan belum lama ini bertempat di rumah mitra, Tim KKN Unisnu kelompok 76 bersama mitra dan warga sekitar melakukan pelatihan pembuatan sabun dengan bahan dasar miyak jelantah yang dihasilkan oleh mitra tahu walik Bu Ida.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun yaitu KOH (Kalium Hidroksida), citric acid, air, minyak jelantah, arang, dan pewarna serta aroma untuk sabun. Pembuatannya pertama jernihkan minyak jelantah menggunakan arang yang sudah dipanaskan dan rendam selama semalam.
Selanjutnya campurkan minyak jelantah dan larutan KOH sesuai takaran dan aduk hingga menjadi pasta kurang lebih 1.5 jam. Setelah menjadi pasta selanjutnya dicampur dengan air hangat dan aduk hinga merata. Ttambahkan larutan citric acid dan aroma serta pewarna sabun, aduk hingga merata. Setelah merata kemudian saring dan masukkan kedalam kemasan. Sebaiknya sabun digunakan setelah didiamkan selama semalam untuk proses kimiawi bahan-bahan yang digunakan supaya kulit tidak kering.
Tim KKN kelompol 76 juga mendesain kemasan sabun agar lebih menarik. “Dengan adanya pelatihan pembuatan sabun ini diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi barang yang memiliki nilai jual”, imbuhnya.
Alvaros – Alingga AL