JEPARA (SUARABARU.ID)- Dalam rangka memperingati hari Demokrasi Internasional, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Jepara menggandeng para aktivis perempuan untuk membicarakan peran perempuan dalam pengembangan demokrasi di Indonesia.
Kegiatan yang digelar melalui Webinar Pojok Pengawasan Bawaslu pada Rabu, (15/9) menghadirkan Murniati, seorang aktivis dari Yayasan Perempuan Mandiri Jepara (YPMJ) dan Siti Malaiha Dewi, dari akademisi IAIN Sunan Kudus.
Ketua Bawaslu Jepara, Sujiantoko mengatakan, demokrasi yang dinyatakan sebagai kekuasaan yang bersumber dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Jalan panjang demokrasi tidak rerlepas dari partisipasi perempuan.
“Peran perempuan untuk terlibat dapam tahapan demokrasi sangat penting”, ujar Sujiantoko.
Sementara itu, Murniati, seorang aktivis perempuan yang juga mengajar sebagai dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Unisnu Jepara, mengingatkan sejarah Jepara masa lampau. Bahwa Jepara mempunyai tiga sosok perempuan hebat yang patut diteladani. Perempuan itu adalah Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan RA. Kartini.
“Mereka sebagai inspirator kita, sosok yang adil, sosok yang memiliki jiwa nasionalisme yang sangat kuat dan pejuang emansipasi wanita”, kata Murniati.
Lebih jauh Murniati menambahkan bahwa Pemilu 2019 jumlah pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki dengan selisih 2.390 pemilih. Hal ini merupakan potensi bagi perempuan Jepara untuk melangkah dan berpartisipasi dalam rangka mendukung eksistensi perempuan di ranah publik.
Sementara itu, Siti Malaiha Dewi dalam paparanya mengungkapkan fakta posisi dan reputasi perempuan sebagai peserta dan pasca kontrstasi. Ia mengatakan, demokrasi itu bukan hanya milik laki-laki.
“Perempuan seharusnya mendapatkan porsi minimal 30 persen di lembaga-lembaga pengambil kebijakan dan lembaga politik”, terangnya.
Di hari Demokrasi Internasional yang jatuh pada 15 September, Bawaslu Jepara mencoba mengingatkan pentingnya perempuan dalam kaitannya peran perempuan dalam pengembangan demikrasi di Indonesia.
Hadepe/Ua