blank
Ganjar saat menjadi narasumber dalam acara bertajuk Gerakan Literasi Digital 2021 Indonesia #MakinCakapDigital, secara virtual, Sabtu (28/8/2021). Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, hoaks masih menjadi isu utama dalam bermedia. Ganjar pun meminta 26,5 juta masyarakatnya yang melek digital, tak jadi korbannya dengan mengutamakan saring sebelum sharing.

Hal itu disampaikan Ganjar, saat menjadi narasumber dalam acara bertajuk Gerakan Literasi Digital 2021 Indonesia #MakinCakapDigital, secara virtual, Sabtu (28/8/2021). Beberapa tips diberikan Ganjar kepada masyarakat, agar terhindar dari hoaks.

”Teliti informasi, perbanyak literasi, produksi konten positif dan jika menerima hoaks, cukup berhenti pada kita. Stop disitu jangan diterusin,” saran Ganjar.

BACA JUGA: Kasus Aktif Covid-19 di Kebumen 415, Total Meninggal 1.064 Orang

Ini penting dimengerti, sebagai salah satu materi dalam literasi digital. Sehingga, selain tidak menjadi penyebar hoaks, juga bisa terhindar dari kesalahan fatal. Apalagi ada UU ITE yang mengatur jalannya bermedia di Indonesia. Ini juga mesti dimengerti, agar tidak terjadi misinformasi, disinformasi dan malinformasi.

”Hari ini menjadi penting kita ngobrol, agar semua tidak salah langkah. Jangan sampai nanti ditangkap polisi, terus kemudian pakai meterai 10 ribu, habis itu dia minta maaf di media massa. Itulah kejadian yang ada,” ujarnya.

Ganjar menambahkan, memanfaatkan media untuk membuat dan menyebarkan konten positif juga penting. Dengan itu, maka bisa meminimalisasi munculnya hoaks.

BACA JUGA: Pesawat Batik Air dari Aceh Tujuan Jakarta Mendarat Darurat di Kualanamu

”Maka kalau ada yang ikut follow IG saya, terus kemudian jadi subscribe YouTube saya, itu kita coba. Saya coba untuk memberikan hal baru yang menyenangkan, lucu dan edukatif. Sehingga menggunakan medsos menjadi manfaat bukan cari musuh, nggak bikin orang marah, nggak bikin orang baper, tidak mem-bully dan baik hati,” ujar dia lagi.

Meski begitu, Ganjar mengaku dirinya juga pernah menjadi target sasaran hoaks. Misalnya, ketika pernyataannya untuk sekolah yang libur selama dua minggu diubah oleh oknum tak bertanggungjawab.

”Saya punya dan pernah di-hoaks. Umpama contoh Kominfo Jateng. Saya pernah meliburkan sekolah dua minggu, ditulisnya itu yang libur pabriknya. Geger nggak sih para buruh? Geger semuanya,” ungkap Ganjar.

BACA JUGA: Bukan Saatnya Protes, Kini Saatnya Prokes

Bahkan, lanjutnya, pernah pernyataannya diselewengkan, ketika bilang kita mesti di rumah saja, yang ada adalah gowes saja. ”Karena saya suka gowes. Wah saya di-bully ramai-ramai. Ini gubernur nggak jelas, di tengah pandemi malah ngajarin nggak bener, bahaya ya,” ungkap Ganjar.

Untuk mengatasinya, Ganjar juga membuat platform yang melibatkan masyarakat sebagai siber hoaks. Yakni melalui Laporgub. Selain itu, ada juga platform antihoaks lainnya, seperti Mafindo, Aduan Konten, Patroli Siber hingga Misslambehoaks.

Peran masyarakat dianggap sangat penting, sehingga pihak terkait bisa segera melakukan kroscek dan menyebarkan informasi yang benar, sehingga masyarakat terhindar dari hoaks.

”Maka peringatannya adalah, mari kita saring dulu sebelum sharing, agar kemudian kita bisa membuat semuanya senang. Dan medsos ini menjadi bermanfaat,” tandasnya.

Riyan