blank
Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya Drs KRA Pranoto Adiningat MM (kiri), menyerahkan tokoh wayang Semar tatkala memimpin Suran di Pantai Laut Selatan.

SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Menjadi misteri, mengapa pemakaman jenazah Raja Dinasti Mataram Islam Tanah Jawa, menghindari Hari Sabtu ?

Itu sebagaimana yang terjadi saat pemakaman jenazah Sampeyan-ndalem Ingkang Jumeneng (SIJ) Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Mangkunegara IX, Minggu (15/8) lalu.

Penguasa Mangkunegaran Surakarta, itu mangkat Jumat (13/8) dan pemakamannya berlangsung Minggu (15/8) di Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar, Surakarta.

Kepala Lembaga Wedhana Satrio Pura Mangkunegaran, KRMT Lilik Priarso dan Plt Pengageng Kabupaten Mondropuro Mangkunegaran, Supriyanto Waluyo, menyatakan, tidak diperkenankan melakukan pemakaman pada Hari Sabtu.

Turun Temurun

Itu sesuai adat istiadat Mataram Islam Tanah Jawa yang telah berlangsung turun temurun. Bahkan untuk ziarah kubur pun, juga menghindari Hari Sabtu.

blank
Jenazah SIJ KGPAA Mangkunegara IX, diberangkatkan untuk dimakamkan Minggu (15/8) di Astana Giri Layu.

Itu sama persis dengan yang terjadi saat wafatnya Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwono XII Tahun  2004.

Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat tersebut, mangkat pada Hari Jumat. Tapi prosesi dan ritual pemakamannya baru berlangsung Hari Minggu.

Budayawan Jawa penerima anugerah Bintang Budaya Drs Kanjeng Raden Arya (KRA) Pranoto Adiningat MM, menyatakan, bagi Jalma limpat seprapat tamat, mampu memahami itu melalui pendalaman spiritual.

Jalma Limpat

Pranoto yang abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini, menjelaskan, Jalma (insan), limpat (mumpuni), seprapat (seperempat, maksudnya cuma sebagian dan tidak utuh).

Makna Jalma Limpat Seprapat Tamat, yakni seseorang yang mumpuni, walaupun kemampuannya cuma seperempat, tidak utuh, namun mampu memahami secara komprehensif.

Karena, tandas Parnoto, di Kejawen banyak istilah yang tersirat tanpa penjelasan gamblang secara tersurat. Misalnya, ada hari-hari beraura buruk untuk hajatan mantu atau bepergian.

blank
Para tokoh spiritual Yayasan Parapsychology Semesta Bumi Reog Nuswantara, mengenakan busana Warok Sepuh.

Juga ada Hari Taliwangke, Samparwangke, Was, Ringkel, Rampas, Hari Kunarpaning dan Sangaring Warsa (tahun). Juga ada bulan dan tanggal larangan karena beraura negatif, dan tidak baik untuk melakukan keperluan.

Semua itu sebagai ikhtiar penghitungan untuk tujuan kebaikan, amrih rahayu slamet (agar baik selamat).

Tidak Baik

Yayasan Parapsychology Semesta Bumi Reyog Nuswantara pimpinan Romo Dodyk Sri Suryadi, melarang memakai Hari Sabtu untuk ritual mengirim doa kepada roh arwah leluhur yang telah meninggal.

Sebaiknya harinya maju pada Malam Jumat, atau mundur pada Malam Senin. Hari Sabtu, tidak baik karena tidak lama lagi akan ada keluarga yang menyusul meninggal dunia.

Dalam adat Kejawen, ritual mengirim doa untuk roh arwah leluhur berlangsung mulai saat genap tiga hari, tujuh hari dan 40 hari kematiannya.

Kemudian berlanjut pada pengetan (peringatan) nyatus (100 hari), pendhak pisan (setahun) dan pendhak pindho (dua tahun) serta nyewu (tiga tahun).

Bambang Pur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini