blank
Logo HUT Ke-76 Republik Indonesia Tahun 2021./indozone.id

Oleh: JC Tukiman Tarunasayoga

blank
JC Tukiman Tarunasayoga

Dalam rangka bersyukur dan peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2021, di mana-mana pasti ada rangkaian kegiatan khas, antara lain doa syukur lintas agama dan kepercayaan.

Saya pun diminta untuk menyiapkan doa itu yang akan dilambungkan bersama di pendapa rumah dinas bupati, pada 17 Agustus 2021, malam. Dan saya serius menyiapkannya, bertajuk pada makna mardika (ing)kang mardikani.

Kalau diterjemahkan secara lurus, mardika kang mardikani itu menekankan bahwa kemerdekaan itu akan semakin bermakna jika mampu nerangake yaitu menjelaskan/menerangkan, dan njarwani yakni berhasil mengungkap “rahasia/misteri.”

Apa rahasia di balik proklamasi kemerdekaan 76 tahun silam itu? Kita harus meyakini betapa di balik segala sesuatu itu, -apalagi proklamasi kemerdekaan yang sesuatu banget bagi rakyat dan bangsa Indonesia-, pasti ada rahasia rohani/iman yang melandasinya.

Dari sisi iman kami, manusia itu dimerdekakan dari belenggu dosa lewat pertumpahan darah dan salib Yesus/Isa Almasih SEKALI SAJA UNTUK SELAMANYA.

Dan itulah rahasia rohani SEKALI MERDEKA, TETAP MERDEKA yang terus menerus kita pekikkan sejak 17 Agustus 1945 sampai sekarang dan seterus serta selamanya. Sekali untuk selamanya.

Baca Juga : Ikatan Cinta Ngalap Berkah Malem Siji Sura

Sekali merdeka tetap merdeka (SMTM), sekali merdeka untuk selamanya, adalah rahasia iman bangsa Indonesia yang bukan saja telah terpateri kuat sebagai nafas berbangsa dan bernegara, melainkan juga layak menjadi saah satu pilar way of thinking bangsa.

Di dalam pekik SMTM siapa pun warga bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai ke pulau Rote, perlu terus menerus memaknainya dan menjelaskannya kepada anak cucu. Inilah substansi paling substansial dari mardika kang mardikani tadi: jangan lekang oleh apa pun dan siapa pun. SMTM.

Di era pandemi Covid 19 saat ini, SMTM layak dimaknai sebagai dorongan untuk tidak menyerah bagi siapa pun. Maksudnya, pekik SMTM harus mampu mengubah keluh menjadi peluh.

Memang harus diakui betapa Covid -19 saat ini telah melumpuhkan beberapa sendi kehidupan (bersama) dan berusaha, lalu jumlah orang mengeluh rasa-rasanya semakin banyak.

Mari kita ubah dan dalam pekik SMTM segala keluh kesah itu kita ubah menjadi peluh, yaitu mendorong orang untuk bekerja lebih keras dan cerdas lagi sampai berpeluh bercucuran.

Mardika kang mardikani saya usulkan menjadi adagium “baru” menuju Indonesia Emas 2045. Maksudnya, duapuluh empat tahun lagi menuju Indonesia emas bukan saja harus semakin mengokohkan sendi-sendi kehidupan berbagsa bernegara berpekik SMTM, melainkan kita harus berhasil mengubah perak menjadi emas dalam duapuluh empat tahun ke depan ini.

Dan inilah makna substansial lain dari peringatan proklamasi kemerdekaan, yaitu berpikir ke depan, ke depan, dan ke depan menuju Indonesia Emas.

Dirgahayu Republik Indonesia, sekali merdeka, tetap merdeka!! Bagimu negeri, kami berbakti, mengabdi, sepenuh jiwa raga kami.

(JC Tukiman TarunasayogaPengamat Kemasyarakatan)