KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-Tim Program Kemitraan Wilayah (PKW) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) dan Universitas Negeri Tidar (Untidar) Magelang menyelenggarakan pelatihan pembuatan tepung mocaf. Kegiatan itu untuk kelompok wanita tani (KWT) di Desa Tempursari, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang.
Pelatihan pembuatan tepung mocaf itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan PKW hibah pengabdian kepada masyarakat dari Kemenristek-Brin Tahun 2021 yang dilaksanakan di Desa Tempursari, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang. Oleh tim dari Unimma dan Untidar yang diketuai Retno Rusdjijati dengan anggota Oesman Raliby, Alfian Syarifudin, dan Agus Suprapto. Pelaksanaan tahun ini merupakan tahun kedua, yang direncanakan akan berakhir hingga tahun ketiga (2022) dengan mengangkat tema Mewujudkan Desa Wisata Inovatif Berbasis Usaha Tani Terpadu yang Berkelanjutan.
Ketua Tim PKW Retno Rusdjijati hari ini menyampaikan bahwa pelatihan pembuatan tepung mocaf itu untuk meningkatkan nilai tambah ubi kayu yang memang banyak dibudidayakan warga Desa Tempursari, namun harga jualnya sangat rendah (Rp 1.000/kg). Di samping itu juga untuk menggerakkan ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok wanita tani untuk mengembangkan kewirausahaan yang dapat menambah penghasilan keluarga.
Pelatihan dipandu Tim KWT Sido Maju dari Windusari, Kabupaten Magelang yang dikoordinir oleh Istanto. Pembuatan tepung cukup mudah, dari singkong yang sudah dikupas dan dicuci, kemudian diparut kasar, direndam selama 12 jam, ditiriskan, dijemur di bawah sinar matahari hingga kering, lalu ditepungkan. “Proses produksinya kurang lebih tiga sampai empat hari tergantung dari keberadaan sinar matahari,” tutur Istanto.
Tepung mocaf, lanjutnya, dapat menggantikan tepung terigu yang selama ini mengandalkan impor. Jika dapat dikembangkan secara optimal, maka dapat mengurangi ketergantungan pada terigu dan mengurangi nilai impor serta bisa membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Selain ubi kayu, menurut Istanto, ubi jalar juga dapat ditepungkan.
Dia menambahkan, ubi jenis itu juga dibudidayakan oleh masyarakat di Desa Tempursari. Oleh karena itu, dengan diolahnya dua jenis ubi tersebut menjadi tepung, diharapkan dapat mengoptimalkan potensi di Desa Tempursari dan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Eko Priyono