blank
Peta Jepara tahun 1858 (Sumber : Google.com)

Oleh : Hadi Priyanto

Dalam manuskrip tertua pertama yang terbit tahun 1811 dengan judul The Island of Jawa, dengan rinci John Joseph Stockdale menggambarkan kondisi Jepara saat ia mengunjungi daerah ini  tahun 1774. Ia tidak menyebutkan waktu tiba di Jepara. Hanya ia mencatat bahwa pada tanggal 22 Desember 1774 ia melanjutkan perjalanannya ke Juana. Sebelumnya ia beberapa waktu mengunjungi Semarang.

John Joseph Stockdale  memang telah mengunjungi pulau Jawa pada tahun 1760-an – 1800-an  dan membuat catatan tentang ekologi, sejarah dan kebudayaan Jawa. Ia juga singgah beberapa waktu di Jepara dan kemudian menuliskan catatannya tentang Jepara.

blank
Peta laut sekitar perairan Jepara (Sumber Dishidros TNI AL tahun 2002)

Dalam buku yang diterjemahkan dari manuskrip asli  The Island of Java karya John Josep Stockdale oleh Ira Puspitowati dan An Ismanto dan diterbitkan oleh Penerbit Indoliterasi Yogyakarta, Stockdale memulai catatannya tentang Jepara dengan menuliskan tentang sebuah pulau yang disebut sebagai Visschers atau Pulau Nelayan.

Pulau ini bentuknya kecil  dan berdataran rendah yang terletak sekitar 2,5 league  ( 1 league setara dengan 3 mil ) `sebelah barat laut Jepara. Dibalik De Nis dan sedikit ke tenggara, terletak pulau lain yang dikelilingi  oleh gosong yang sangat berbahaya  dan menghambat pelayaran ke Jepara.

blank
Peta Citra Satelit Tanjung Kelor Jepara tahun 2005.

Dari pulau De Nis ini menurut catatan Stockdale, air semakin dangkal. Pertama dari lima ke dua setengah depa dan kemudian sampailah ke Pulau Bau (Foul Island). Kemudian ketika sampai kedalaman  enam kaki ada batu karang  yang tinggi yang disebutnya  sebagai Walvisch atau Paus. Dari perairan ini kemudian air semakin  dangkal dan banyak batu karang hingga sampai muara sungai kecil Jepara.

Muara sungai ini kedalamnya 2 kaki atau kurang. Sedangkan muara sungai ini dituliskan lebarnya sekitar 140 atau 150 kaki yang sumber mata airnya sekitar satu league kearah pedalaman.

Benteng Tua

Stockdale kemudian menuliskan, ketika memasuki anak sungai disi utara, ada bukit kecil yang tingginya sekitar 80 kaki.Dibagian barat bukit itu berdiri sebuah benteng kecil berbentuk segi tiga  dengan satu kubu pertahanan menghadap  kelaut.  Sedangkan dua lainnya menghadap kedaratan. Dutengah-tengah tembok yang menghubungan dua kubu terakhir terdapat pintu gerbang .

Benteng itu juga dilengkapi dengan beberapa meriam  kaliber yang berbeda. Benteng dibangun dari dinding batu dan dalam kondisi baik. Sedangkan pasukan yang ada di benteng itu terdiri dari 1 orang  satu sersan, dua kopral dan 18 serdadu. Sisa wilayah bukit itu untuk pemakaman dimana terdapat sebuah tiang bendera.

Di sebelah selatan anak sungai dalam catatan Stockdale, ada beberapa gubug dan pondok orang – orang Jawa dan sekitar 60 rood dari muara ada jembatan. Sementara di sisi  utara terdapat rumah residen , berseberangan dengan sebuah lapangan besar yang ditanami  pohon rindang disekelilingnya.

Sekitar 1,5 mil di atas pemukiman, menurut Stockdale ada mesin gergaji kayu yang digerakkan oleh arus sungai. Setiap tahun penggergajian ini dapat menggergaji 4000-5000 balok kayu.

Stockdale juga menuliskan sekitar 1,5 mil Belanda ke arah pedalaman terletak kota kuno Jawa yaitu Jepara yang disebutnya Jepara lama. Tempat ini dulunya untuk tempat tinggal  para penguasa kerajaan dengan nama-nama yang sama.

Dalam catatan Stockdale, makam salah satunya masih ada, berisi jasad raja, jasad istrinya yang paling dicintai di sebelah kanan   dan dua makam istri-istrinya yang lain disebelah kiri bersama dengan beberapa anak-anaknya. Bentuk kuburan ini memanjang dan untuk mendekati makam harus melalui semacam gerbang, dikelilingi oleh pagar.

Stockdale juga mencatat, tidak jauh dari makam ada sebuah rerentuhan kuil Moor kuno yang terbuat dari batu yang dipahat indah. Karena itu Stockdale menulis, seni dan kecerdasan orang-orang Jawa  dimasa itu, membangkitkan kekagumannya. Candi Moor itu  setidaknya telah berusia 300 tahun.

Saat berlayar menuju Juana, Stockdale juga mencatat  melawati Mandeligue yang juga sering disebut Duivelsklip atau Karang Setan. Sebab saat angin timur kapal –  kapal tertahan di pulau ini dalam waktu yang lama oleh angin dan arus laut yang berlawanan. Pulau kecil ini cukup tinggi hingga dapat dilihat  lima atau enam league. Sedangkan letaknya dari pulau Jawa sekitar setengah league dan dipisahkan oleh sebuah selat kecil yang dalamnya  3,5 atau 4 depa.

Penulis adalah Wartawan SUARABARU.ID dan Pegiat Budaya Jepara