JAKARTA (SUARABARU.ID) – Juara baru Ashleigh Barty mengaku ajaib memiliki kesempatan meniru idolanya Evonne Goolagong dalam Wimbledon tahun ini setelah berpacu dengan waktu untuk pulih dari cedera pinggul yang dideritanya pada French Open lalu.
Petenis berusia 25 tahun itu menandai peringatan 50 tahun gelar Wimbledon pertama yang direbut Goolagong yang sama-sama dari Australia setelah mengalahkan Karolina Pliskova 6-3 6-7(4) 6-3 dalam final menegangkan di Centre Court.
Itu adalah hari yang emosional bagi Barty saat menjadi wanita Australia pertama yang memenangi Wimbledon sejak Goolagong menang untuk kedua kalinya pada 1980.
Tapi dia mengungkapkan sebenarnya nyaris dia melewatkan turnamen ini setelah masalah pinggulnya yang kian parah selama pertandingan babak kedua di Roland Garros melawan Magda Linette.
“Bahkan mengobrol dengan tim saya saat ini, begitu kami keluar dari lapangan, mereka menyimpan banyak hal hal dalam diri mereka dan tak banyak memberi tahu saya,” tambah Barty yang menyandingkan gelar Wimbledon-nya dengan gelar French Open 2019.
“Mereka tak banyak memberi tahu saya soal informasi yang mereka dapatkan dari spesialis-spesialis lain. Tak terlalu banyak ahli radiologi di Australia yang mengetahui cedera saya.”
“Dalam arti tertentu, itu cedera dua bulan. Bisa bermain di sini di Wimbledon adalah keajaiban. Tentu saja kini berbicara dengan mereka tampaknya jauh lebih kecil kemungkinannya ketimbang yang saya rasakan secara statistik. Saya kira ini sebuah yang luar biasa.”
Jalan yang panjang nan berliku telah dilalui Barty sejak meraih gelar putri dalam usia 15 tahun pada 2011.
Dia meninggalkan tenis pada 2014 untuk berkonsentrasi kepada kriket sebelum kembali pada 2016. Selama pandemi, dia absen hampir satu tahun dari Tour sebelum kembali Januari silam untuk melanjutkan pencarian dalam menuliskan namanya di antara legenda-legenda Australia.
“Situasi mendukung saya selama dua pekan terakhir. Luar biasa bahwa itu terjadi pada peringatan 50 tahun gelar pertama Evonne di sini, sungguh luar biasa,” kata warga Queensland yang belum kembali lagi ke Australia sejak Maret.
Barty tampil seperti seorang wanita yang mengemban misi besar di All England Club saat dia mengarahkan pandangannya guna mengikuti jejak Goolagong yang seperti dia juga memiliki darah suku asli Australia.
Dia bahkan mengenakan pakaian bermata bergerigi dalam gaya kit Goolagong era 1990-an. Tipe permainannya pun tidak terlalu berbeda.
Barty terlihat emosional di Centre Court setelah kemenangan itu ketika dia disamakan dengan Goolagong.
Kemudian dia tepat menjelaskan apa artinya meniru pemain yang dia sebut ikon itu.
“Itu adalah perasaan paling luar biasa yang pernah saya alami di lapangan tenis,” kata Barty kepada wartawan seperti dikutip Reuters.
“Evonne adalah orang yang amat istimewa dalam hidup saya. Saya kira dia sudah menjadi ikon dalam membuka jalan kepada kaum muda pribumi untuk mempercayai mimpinya dan mengejar mimpinya.”
“Saya kira bisa berbagi itu dengan dia dan berbagi kemenangan saat ini yang cukup istimewa dengan dia, untuk membuat jalan saya sendiri benar-benar luar biasa, menarik sekali.”
Barty memenangkan Grand Slam perdananya di French Open pada 2019, namun dia mengatakan menjuarai Wimbledon amatlah istimewa.
“Saya pikir bagi warga Australia, ada sejarah yang kaya di Wimbledon ini,” kata Barty, yang menambahkan namanya ke dalam daftar legenda Australia seperti Rod Laver, John Newcombe, Goolagong dan Margaret Court. “Saya rasa Wimbledon adalah tempat lahirnya tenis.”
Ant/Muha