SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pergerakan masyarakat selama masa PPKM Darurat di Kota Semarang masih sangat tinggi. Hal ini tentunya masih sangat jauh dari harapan untuk menekan penyebaran covid-19 berdasarkan penurunan mobilitas warga.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, Kamis (8/7/2021), mengatakan, dari enam hari pelaksanaan PPKM Darurat se-Jawa Bali, penurunan mobilitas warga masyarakat Kota Semarang terbilang tinggi.
“Pak Luhut (Menko Marinvest) menyampaikan dua hari lalu, penurunan mobilitas seseorang di tingkat Jawa Bali itu tertinggi di Kota Semarang, (penurunan mobilitasnya) baru 19%. Artinya kalau kita bisa menurunkan mobilitas seseorang, pasti akan menurunkan kasusnya. Namun karena kasus kita masih banyak, jadi belum signifikan jika melihat penurunannya dalam 2- 3 hari ini,” katanya.
Hakam mengatakan, setelah tanggal 10 Juli ke atas kemungkinan angka penurunan kasus Covid-19 di Kota Semarang bisa terlihat turun signifikan. Adapun target penurunan mobilitas yang diharapkan bisa lebih dari 50%, sedangkan pada sepekan ini harapannya bisa turun jadi 30%.
“Targetnya sih bisa lebih dari 50%, tapi seperti yang disampaikan pak Luhut kemarin, hari ini bisa turun jadi 30%, karena mereka kan memantaunya pakai satelit langsung ngitungnya,” kata Hakam menjelaskan.
Hingga hari ke-6 pelaksanaan PPKM Darurat di Kota Semarang, Pemkot Semarang telah mengeluarkan kebijakan untuk menekan laju penyebaran Covid-19 di masyarakat. Mulai dari aturan WFH 100%, pembatasan kegiatan usaha hingga jam 20.00, hingga penutupan ruas jalan di sejumlah titik lokasi.
“Menindak lanjuti kebijakan PPKM Darurat, kami menutup sekitar 18 ruas jalan di Kota Semarang, hal ini dilakukan untuk membatasi pergerakan warga selama masa PPKM Darurat berlangsung,” kata Kasi Penertiban Dishub Kota Semarang, Antonius Hariyanto.
Hery Priyono