blank
Memakai masker cara efektif hindari penularan Covid-19

JEPARA (SUARABARU.ID) – Meledaknya kasus Covid-19 di Jepara pasca libur lebaran yang dimulai dengan penemuan klaster  baru di Desa Nalumsari akhir lalu masih menyisakan persoalan serius. Bahkan sejumlah tenaga kesehatan  kepada SUARABARU.ID menyebutnya, kondisi darurat.

Sebab disamping ratusan tenaga  kesehatan dan 5.396 orang lebih warga  terpapar selama bulan Juni, angka warga   Jepara yang meninggal pada bulan Juni juga melesat. Hingga tanggal 27 Juni 2021 tercatat 369 kasus kematian dengan kriteria probable.

Sementara hari ini, Senin (28/6-2021) sampai jam 08.00 WIB telah tercatat 6 kasus kematian. Kemarin tercatat angka kematian tertinggi yaitu 32 orang. Ini belum termasuk kematian diberbagai desa  yang tidak terdata jelas status dan kriterianya.

Tingginya angka kematian ini terkait dengan daya tampung rumah sakit rujukan Covid -19 di Jepara yang juga overload. Sebab  tdak mampu lagi menampung semua warga yang sakit, termasuk yang masuk kriteria berat dan kritis.

Positif rate harian  Jepara yang menjadi alat ukur kemampuan daerah dan sekaligus penyebaran virus ini juga menunjukkan angka yang  sangat tinggi. Hari Minggu kemarin bahkan mencapai 71,91 %, sebab sample pemeriksaan Jepara kemarin 324 orang dan 233 orang ditemukan positif. Padahal angka patokan badan kesehatan dunia hanya 5 %.

Laboratorium Overload

Persoalan lain yang kemudian muncul adalah banyaknya sample spesimen swab PCR yang menumpuk di Laboratorium Kesehatan Daerah. Juga di puskesmas-puskesmas.  Sebab sejumlah tenaga laboratorium RSUD RA  Kartini Jepara juga terpapar Covid-19 dan harus menjalani isman. Padahal laboratorium PCR RSUD RA Kartini  selama ini menjadi tempat utama pemeriksaan px PCR Jepara.

Sementara laboratorikum PCR di kota lain semuanya juga penuh. “Hanya ada satu yang bisa menerima sample yaitu RS  Bhayangkara Semarang. Itupun hanya 200 sample per minggu,” ujar  Juru Bicara Satgas Covid-19 Jepara Muh Ali.

Muh Ali membenarkan, pasca sejumlah tenaga laboratorium di RSUD RA Kartini terkonfirmasi Covid-19 memang membuat pemeriksaan px PCR terlambat. Kini pemeriksaan testing dan trecing diarahkan pada  swab antigen. “Harapannya warga yang memang ditemukan positif dapat segera melakukan isolasi mandiri,” ujar Muh Ali.

Hal lain yang penting adalah terus meningkatkan protokol kesehatan 5 M, suka atau tidak suka. “Sebab memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, menghindari kontak dan mengurangi mobilitas adalah cara paling efektif untuk menghindarkan kita dari tertularnya virus corona” ujar Muh Ali.

blank
Tigor Sitegar, pegiat budaya jepara

Berharap ke Ganjar

Sementara Tigor Sitegar, berharap persoalan laborat PCR ini mendapatkan penanganan yang serius. Sebab px PCR memberikan kepastian terhadap penegakan diagnosis. “Saat ini banyak orang yang telah selesai menjalani isolasi mandiri, belum pernah diumumkan statusnya apakah terkonfirmasi positif atau tidak. Sedangkan pemeriksaan PCR dihentikan sejak Kamis karena sample menumpuk dan dikawatirkan rusak,” ujarnya.

Juga  banyaknya orang yang meninggal tanpa kriteria yang jelas. “Akibatnya banyak terjadi penolakan pemakaman standar Covid-19 atau tidak melaporkan kasus kematian dan dilakukan pemulasaraan jenasah sendiri oleh keluarga hingga terjadi penularan ditengah-tengah keluarga,” tambah Tigor.

Harapan kami pemerintah provinsi Jawa Tengah dalam hal ini Gubernur Jawa Tengah, diminta atau tidak diminta oleh daerah segera mengirimkan laborat PCR mobaile  dan sekaligus melakukan bedah kasus Jepara agar dapat dilakukan penanganan yang lebih komprehensif. Bukan hanya parsial.

Hal lain menurus tigor yang kemudian muncul adalah warga ang telah dinyatakan positif berdasarka swab antigen tidak biasa diajukan bantuan logistik dari  Satgas Covid Kabupaten maupun Desa. Padahal mereak harus isman. “Jangan sampai mereka yang telah terpapar dibiarkan terkapar dan lapar,” ujar Tigor.

Harusnya Pemkab dapat segera mengurai persoalan ini dengan membeli alat PCR baru dan menempatkan di puskesmas atau rumah sakit rujukan yang lain. “Kita punya dana Covid-19 Rp. 110 milliar kok. Lalu untuk apa dana itu jika persoalan mendesak seperti ini saja  tidak dapat diselesaikan,” ungkap Tigor

Hadepe – Ulil Abshor

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini