JEPARA (SUARABARU.ID) – Setelah Kamis (17/6-2021) kemarin diumumkan 441 orang warga Jepara terpapar, Sabtu pagi Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Jepara mengumumkan 412 orang terkonfirmasi Covid-19 pada hari Jumat. Dengan demikian jumlah warga Jepara yang terkonfirmasi Covid-19 sejak awal pandemi mencapai 11.098 orang.
Dari jumlah tersebut, 3.362 orang adalah warga Jepara yang terkonfirmasi Covid-19 dari tanggal 1-18 Juni 2021. Angka ini menunjukkan tren yang terus meningkat pesat. Sebab hanya dalam waktu 18 hari memberikan kontribusi 30,29 % total warga Jepara terkonfirmasi Covid-19 sejak awal pandemi April 2020 lalu.
Sementara jumlah warga Jepara sepanjang hari Jumat kemarin yang meninggal dunia dengan status probable dan positif terkonfirmasi mencapai 21 orang.
Ledakan, baik penambahan warga yang positif terkonfirmasi dan jumlah warga yang meninggal sejak awal bulan Juni 2021 ini diperkirakan oleh sejumlah pengamat belum sampai pada puncak.
Protokol kesehatan dikuatkan
“Sebab belum nampak kegiatan pengendalian di hulu yaitu protokol kesehatan 5 M. Surat edaran dan bahkan kesepakatan bersama yang berisi pembatasan dan bahkan larangan-larangan, efektivitasnya dipertanyakan. ,” ujar Tigor Sitegar. Aktivitas dan mobilitas masyarakat masih seperti biasa, tambahnya.
Oleh karena itu Ia mengajak masyarakat untuk mencermati kondisi terakhir dengan banyaknya warga yang meninggal dengan status terkonfirmasi atau probable. Juga banyaknya warga yang dalam kondisi berat tidak dapat dilayani di rumah sakit yang telah benar-benar overload.
“Kuncinya hanya satu. Melakukan bersama-sama 5 M dan menjadikannya sebagai gerakan masyarakat. Ada atau tidak ada petugas. Namun diharapkan pula agar aparat pemerintah benar-benar memastikan semua ruang publik telah melakukan 5 M,” pintanya.
Menurut Tigor ini harus dilakukan sebab jumlah tenaga kesehatan yang terpapar terus saja meningkat tiap hari seperti yang terjadi di Puskesmas Pakisaji, Pancur dan juga rumah sakit RA Kartini. “Hampir 200 orang tenaga kesehatan RSUD RA Kartini harus menjalani isman. Ini jumlah yang sangat besar dan pasti akan mengurangi kinerja rumah sakit,” ujar Tigor.
Antisipasi hal buruk
Tigor juga mengingatkan semua fasilitas kesehatan di Jepara, Satgas dan juga DKK untuk mengantisipasi terjadinya ledakan di puncak, termasuk kemungkinan berkurangnya pasokan oksigen liquit dan tabung serta kemungkinan terjadinya kolaps fasilitas kesehatan karena tenaga kesehatannya banyak yang terpapar. “Ini harus benar-benar diantisipasi. Kita dapat belajar dari kasus yang terjadi di India. Apalagi, virus Delta yang berasal dari India juga sudah masuk ke Kudus dan sekitarnya,” ujarnya.
Pendirian rumah sakit darurat juga sangat penting untuk menyelamatkan warga yang telah terpapar dan butuh pertolongan medis. “Jika perlu Bupati segera meminta bantuan pusat atau provinsi untuk menyelamatkan warganya,” ungkapnya.
Hadepe