TAHUN 2008, saat ada kegiatan di sebuah kota di Pulau Sumatra, saat menuju agen tiket, saya bertemu pekerja yang sedang sakit dan dirawat merbot di musala. Selain perlu berobat, dia perlu uang untuk membeli tiket pesawat.
Dia mengaku korban calo tenaga kerja dan uang yang dalam sakunya hanya cukup untuk makan. Tentu saja, tidak semudah itu mempercayai pengakuannya. Seluruh isi tas dan KTP saya teliti. Untuk lebih meyakinkan, saya tanya nama-nama tokoh daerah saya, dari kalangan kiai dan pejabat, dan dia mengenalnya.
Dalam kebuntuan berpikir, bagaimana bisa menolongnya, tiba-tiba saya ingat doa “kecerdasan” yang dulu pernah diajarkan guru. Doa itu saya baca sambil rebahan dekat yang sakit. Tak lama kemudian muncul ide untuk menulis SMS yang nanti akan saya kirim ke beberapa teman.
SMS itu terlulis: ”Saya lagi di luar Jawa dan ketemu tetangga kabupaten yang sakit dan tiduran di musala. Dia tak ada uang untuk berobat dan untuk beli tiket pulang. Tolong bantu dan transfer ke rekening saya.”
SMS lalu saya kirim ke lima teman, tiga di antaranya teman Facebook yang sering berinteraksi dan juga sering jalan dengan saya, yaitu IS, DRH, dan HA. Hasilnya, mengejutkan! Kelimanya kontak balik dan siap transfer. Yang bikin kejutan lagi, tiga dari teman itu transfer lebih, disertai keterangan, bonus untuk saya.
Mungkin ini yang disebut “The Power of Kepepet”. Karena sudah mentok, pasrah, maka doa pun dikabulkan. Selain itu bisa juga faktor doa pihak yang sakit dan teraniaya (upah macet) sehingga Tuhan memberi jalan keluar yang mudah.
Terlebih lagi, dalam posisi sebagai musafir, dalam agama disebut: “Tiga doa yang tidak diragukan lagi terkabulnya adalah : (1) doa orang yang terzalimi, (2) doa musafir, (3) doa orangtua pada anaknya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Dalam kondisi terdesak, dan ketika kita sudah tidak mampu dan tidak tahu kepada siapa harus meminta tolong, sering kali Allah menolong melalui perantara makhluk ciptaan-Nya. Disebutkan, doa musafir itu mustajab, maka perbanyaklah doa disaat safar atau dalam perjalanan jauh.
Dari sahabat Abu Hurairah, Abdurrahman bin Shokhr, Nabi SAW bersabda: Tiga doa yang mustajab, yaitu doa orang yang berpuasa, doa orang yang terzalimi dan doa para musafir.”
Hadis ini menunjukkan, dalam kondisi safar adalah saat doa hamba dikabulkan, dan itu tidak ada pembatasan. Artinya selama seseorang masuk kategori musafir doanya mustajab, baik pada awal safar, pertengahan atau pada akhirannya.
Intinya selama dalam posisi safar, baik di atas kendaraan atau saat beristirahat, saat salat wajib atau sunnah, asal masih dalam safar, doanya insya Allah terkabulkan.
Wolak Walike Zaman
Dalam kehidupan ada hukum tak tertulis yang dikenal dengan istilah “Cakra Manggilingan”, yang digambarkan sebagai geometri pipih berbentuk roda dan jerujinya yang memiliki makna bahwa dalam kehidupan itu sering kali terjadi apa yang disebut wolak-walike zaman.
Sepuluh tahun kemudian, ketika kejadian itu sudah terhapus dari memori saya, jelang siang datang serombongan tamu dari tetangga wilayah. Setelah jagong sesaat, Sang Ayah membuka kisah lamanya saat merantau. Di antara yang dikisahkan, dia pernah telantar di perantauan, kerja tidak diupah, uang hanya cukup untuk makan.
Kemudian saat sakit dan numpang tidur di musala, bertemu seseorang yang menolongnya. Pertama dengan menjual kameranya untuk membeli tiket pesawat. Tamu itu tak mampu meneruskan ceritanya, anak dan istrinya terharu mendengar kisah itu.
Ketika saya tanya darimana dia tahu keberadaan saya? Tamu yang kemudian menjadi Kepala Desa itu menjawab dari foto dan tulisan saya di buku dan koran. Sambil menahan haru dia berkata,“Yang saya ingat bapak itu rambut dan kumisnya.”
“Apalagi dulu Bapak mengobati saya dengan doa-doa yang disertai tenaga dalam, sehingga saya yakin untuk mendatangi desa ini,” tuturnya lebih lanjut.
Ampuhnya Doa Musafir
Cukup lama kami yang ada dalam ruang tamu saya tercekam keharuan. Saya jelaskan, proses datangnya pertolongan kejadian 10 tahun silam itu tak lepas dari mustajabnya doa tamu itu sendiri yang saat itu dalam posisi sebagai musafir dan juga orang yang teraniaya.
Kedua golongan ini termasuk yang doanya dikabulkan Tuhan. Dengan kata lain, power spiritual yang melekat pada dirinya saat itu yang mendorong terkabul doanya, sehingga Allah menggerakkan alam, kemudian menuntun saya mendatangi musala itu, kemudian menggerakkan hati saya untuk menolong.
Sebenarnya, sebelum ketemu ide bagaimana cara membantu membelikan tiket perantau yang telantar itu, saya berniat menjual kamera, bahkan sudah saya tawarkan ke beberapa orang, namun tiba-tiba ketemu ide lain yang lebih praktis.
Seperti sudah saya tulis di depan, bermodal lima SMS kepada lima sahabat, menyebabkan orang yang telantar pun bisa tertolong, bahkan yang jadi perantara menolong pun ikut kecipratan rezeki yang tidak disangka-sangka. Siapa menolong sesamanya, maka Tuhan akan menolongnya.
Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tingga di Sirahan, Cluwak, Pati