Oleh : Dr. H. M. Fakhruddin
Ramadhan merupakan ajang pengendalian diri terhadap segala nafsu yang dapat menjerumuskan kita ke keadaan tidak terpuji. Salah satu dari nafsu tersebut adalah makan berlebihan dan tak terkendali.
Apa jadinya jika keinginan untuk mengonsumsi makanan enak dalam jumlah berlebih telah menguasai jiwa kita? Obesitas atau kegemukan dan berbagai penyakit degeneratif (hipertensi, hiperkolesterol, kencing manis, stroke dll) adalah dampak utama dari lemahnya sistem pengendalian diri terhadap godaan makan.
Adanya 28 kali perintah tentang makanan yang tertuang di dalam Alquran menunjukkan bahwa makanan dan pola makan merupakan hal sangat penting yang dapat menentukan kesehatan seseorang.Seorang muslim dianjurkan untuk makan jika sudah lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Konsep berhenti makan sebelum kenyang juga sejalan dengan Surat Al A’raf ayat 31 yang berbunyi : “Makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”. Ajaran Islam juga menganjurkan untuk tidak berlebihan dalam masalah minum, karena akan berakibat kurang baik bagi kesehatan kita.
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Tidak ada ‘bejana’ yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya dengan makanan, sepertiga dengan minuman, dan sepertiga sisanya untuk nafasnya.” (HR. Ibnu Majah).
Al-Ghazali pun mengatakan bahwa keadaan kenyang mengajak kepada bergeloranya syahwat-syahwat rendah dan menggerakkan berbagai penyakit di dalam tubuh.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Perut itu adalah rumah segala penyakit. Membatasi atau menjaga makan adalah awal dari pengobatan, sedangkan permulaan segala penyakit adalah mengisi perut berlebih-lebihan”.
Partial Fasting
Puasa Ramadhan sebagai wujud ketakwaan kepada Allah SWT hukumnya adalah wajib bagi setiap umat beriman. Dalam pelaksanaannya, sering timbul berbagai pertanyaan menyangkut bagaimana dampak puasa terhadap keadaan gizi seseorang?. Gizi apa saja yang perlu diperhatikan selama bulan puasa?. Lalu, bagaimana hubungan puasa dengan kesehatan?.
Puasa sebagaimana dilakukan oleh umat Islam tergolong sebagai partial fasting, yaitu puasa yang hanya berlangsung sekitar 13 jam. Menyegerakan berbuka puasa saat adzan maghrib tiba, serta menunda sahur hingga mendekati waktu imsak, merupakan strategi puasa yang diajarkan Rasulullah SAW.
Tujuannya untuk mengurangi dampak kelaparan yang berkepanjangan terhadap sistem metabolisme tubuh. Puasa Ramadhan sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyakiti tubuh, melainkan untuk mendapatkan kesehatan.
Dalam partial fasting puasa Ramadhan sebenarnya terjadi perubahan pola makan, dari semula tiga kali menjadi hanya dua kali sehari dengan jadwal yang juga berubah. Diperkirakan perubahan frekuensi makan ini secara kuantitatif akan menurunkan jumlah zat gizi yang masuk ke dalam tubuh.
Oleh karena itu, dalam seminggu pertama umumnya akan terjadi penurunan berat badan karena tubuh belum terbiasa dengan pola makan yang baru. Dalam minggu-minggu berikutnya tubuh akan beradaptasi terhadap segala perubahan yang ada. Sehingga jika menjalankan puasa dengan aturan yang benar, insya Allah tubuh menjadi lebih sehat.
Penulis adalah dokter anggota IDI Cab. Jepara dan FKTP BPJS Kec. Bangsri