blank

BREBES (SUARABARU.ID) – Wakil Bupati (Wabup) Brebes Narjo SH MH memuji keberhasilan Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes yang telah berkembang pesat. Pondok yang diasuh Rais Syuriyah PBNU KH Subhan Makmun itu, bermula hanya satu pondok di Desa Luwungragi, kini berkembang menjadi tiga dengan penambahan Assalafiyah 2 di Kampung Saditan, Brebes dan berkembang lagi dalam rintisan Assalafiyah 3 di Desa Klampok, Wanasari, Brebes.
“Semoga kedepannya tidak cuma Assalafiyah 1, 2 dan 3 saja, tetapi bisa 4, 5 dan seterusnya,” ujar Narjo saat melakukan peletakan batu pertama pembangunan Ponpes Assalafiyah 3 di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari Brebes, Ahad (28/3) lalu.

blank
BATU PERTAMA – Wakil Bupati Brebes Narjo SH MH meletetakkan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Assalafiyah 3 di Desa Klampok, Wanasari, Brebes. (foto: dok/ist)

Peletakan batu pertama disaksikan Sekda Brebes Ir Djoko Gunawan MT, Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah KH Subhan Makmun, jajaran forkopincam Wanasari, tokoh agama, masyarakat dan seluruh panitia pembangunan.
Mewakili Bupati, Narjo mengapresiasi pendirian Pondok Pesantren Assalafiyah 3. Karena dari pondok bisa terlahir generasi yang Islami, rahmatan lil alamin. Mampu melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dilandasi nilai-nilai spiritual yang kokoh.
“Pondok pesantren, juga merupakan salah satu benteng untuk menangkal hal-hal negative bagi generasi muda seperti narkoba dan minuman keras,” tandas Wabup.
Pengasuh Ponpes Assalafiyah KH Subhan Makmun menjelaskan, pendirian Ponpes Assalafiyah 3 sudah tersedia lahan seluas 1 hektar lebih. Tentu, memerlukan dana yang cukup besar dan waktu yang agak lama pula. Namun semua itu, dalam perjalanan pembangunan tersebut tidak boleh sombong. Karena semua yang menggerakan pada diri panitia adalah Allah SWT.
Nantinya, kata Kiai Subhan, akan dibangun masjid, aula, dan asrama santri. Assalafiyah 3 diperuntukan khusus untuk anak-anak kurang beruntung. Mereka yang kurang beruntung karena broken home atau sebab lainnya sehingga menjadi anak jalanan.
“Ya, mudah-mudahan semua dapat terlaksana dengan baik, aman dan lancar, karena ada campur tangan Allah SWT,” terangnya.
Kiai Subhan mengajak untuk merenung, betapa Allah menciptakan makhluk yang namanya bumi, berdiri dengan tanpa penyangga dan berada bebas di atas awan. Semua ini terjadi, semata-mata karena hak prerogatif Allah SWT. Dan manusia hanya menempatinya, tidak bisa memerintahkan dan mengaturnya.
Dalam perjalanan sunatullah sebagai manusia, ada konsep dan perencanaan yang sangat luar biasa dalam merencanakan sesuatu. Dan inilah dapat dikatakan sebagai bentuk kelebihan dan sekaligus kekurangan manusia itu sendiri. Sebab adanya tersebut berawal dari konsep atau rencana yang dituangkan dalam kertas maupun media elektronik.
“Berbeda dengan management Allah SWT, sebagai Dzat penguasa alam semesta, dalam membuat sesuatu hanya dengan sifat kun fayakun-Nya. Sifat inilah yang dapat dikatakan lebih hebat dan tak tertandingi oleh siapapun,” ungkap Kiai kharismatik di Brebes ini.

Dengan sifat kun fayakun, lanjutnya, manusia yang beriman, akan semakin bertambah keyakinan dan keimanannya, atas kekuasaan Allah yang tak terbatas.
Sebagai cerminan diri manusia dalam melangkah dan mewujudkan keinginannya, ketika keinginan manusia terlaksana, merupakan bagian dari bentuk kehendak Allah SWT. Dan bila keinginan tersebut tidak dapat terwujud, karena Allah tidak menghendakinya.
Sebagai perenungan Kembali, lanjutnya, maqom manusia hanya memiliki perencanaan saja. Karena semua terjadi atas kehendak Allah SWT. Manusia pada dasarnya hanya memiliki bayangan atau konsep kalau mau memulai pekerjaan, dalam istilah dunia proyek ada yang namanya Detail Engineering Design (DED) yang merupakan produk perencanaan (detail gambar kerja) yang dibuat konsultan perencana untuk pekerjaan bangunan dan lain-lain. DED juga bisa digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan perawatan dan perbaikan sebuah gedung atau bangunan. Sedangkan Allah dalam membangun adalah bersifat kun fayakun, tanpa ada konsep dan perencanaan.
Dengan demikian, maka cara kita meyakini sifat Iradah Allah SWT adalah dengan menyakini bahwa segala sesuatu apapun itu adalah atas kehendak-Nya. Sehingga, kita tidak patut sombong sama sekali atas segala yang telah kita dapatkan, baik kekayaan, kepintaran, maupun kekuasaan, karena semua itu adalah mutlak atas kehendak Allah SWT.
“Semoga Allah SWT memberi kekuatan dan kesehatan pada kita semua serta panitia pembangunan pondok pesantren Asslafiyah 3. Sehingga atas dasar sifat Iradah-Nya, pembangunan dapat terlaksana dengan aman dan lancar,” tandasnya.
Nur Muktiadi