blank
Ganjar mendengarkan penjelasan Ibu Basuki sang pemilik toko roti, tentang jenis-jenis roti dagangannya. Usai mendengar penjelasan itu, Ganjar kemudian memborong roti yang dijajakan. Foto: dok/ist

Rayuan emak-emak itu pun berhasil meluluhkan hati Ganjar. Dia yang biasa memborong produk UMKM yang didatanginya, langsung membeli roti-roti itu. Berbagai jenis roti diborongnya, termasuk roti marmer yang membuatnya penasaran.

Ibu Basuki, pemilik toko roti sekaligus penggagas kampung roti menyampaikan, awalnya dia membuka usaha roti tahun 1995. Dari awalnya dititipkan di warung-warung, kemudian membuat toko di rumahnya dan membagikan resep roti pada warga sekitar.

”Jadi warga sini banyak yang buat roti. Di tempat saya saja, ada 20 karyawan,” katanya.

BACA JUGA: Peringatan Harsiarnas ke 88 digelar di Solo

Ibu Basuki menerangkan, awal pandemi penjualan roti di tempatnya itu menurun drastis. Dalam sehari, biasanya hanya laku satu loyang.

”Kalau sekarang sudah naik jadi 75 persen. Karyawan juga sudah masuk semuanya. Di sini terkenal dengan roti yang enak, ada roti marmer, pisang keju, roti gulung dan lainnya. Roti marmer itu laku keras, karena empuk,” jelasnya.

Ibu Basuki sendiri sangat senang didatangi Ganjar. Selain membuat semangat dia dan warga sekitar, Ganjar juga memborong berbagai jenis roti yang dijajakan. ”Seneng sekali diborong Pak Ganjar. Itu berkah dari Tuhan,” ucapnya.

BACA JUGA: Bupati Magelang Bacakan LKPj Tahun 2020; Realisasi Pendapatan Realisasi 96,28 Persen

Ganjar juga mengapresiasi cara Ibu Basuki dalam menggerakkan ekonomi masyarakat. Dengan keikhlasannya membagikan resep pada warga sekitar, dia berhasil meningkatkan ekonomi warga.

”Ini teryata kampung roti, dan Ibu Basuki ini aktornya. Beliau membagikan resep pada warga sekitar. Saya tanya apa nggak rugi, jawabannya biar ngrejekeni. Ini khas Indonesia, khas Klaten. Masyarakatnya guyub, suka tolong menolong dan saling mendukung,” terangnya.

Ganjar membenarkan cukup kaget dengan jenis roti yang diproduksi. Ada roti marmer atau roti tegel yang dihasilkan.

”Bentuknya menarik, ada roti marmer, roti tegel. Bentuknya macam-macam. Dan ternyata ini diburu banyak orang. Meskipun tempatnya di dalam perkampungan, tapi kalau enak pasti dicari. Ini bagian dari pengembangan UMKM dan ekonomi kreatif yang harus didorong,” pungkasnya.

Riyan-Sol