blank
Sosok Abah Hendro atau Kiai Syufaat, pendiri Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Kota Semarang. Foto : Istw

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Abah Hendro Syufaat atau Kiai Syufaat, pendiri Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Kota Semarang dan menginisiasi pendirian Pagar Nusa Jawa Tengah, tutup usia di Rumah Sakit Tugurejo Semarang, kurang lebih jam 18.00 Kamis (25/3/2021) petang tadi.

Informasi yang sampai ke suarabaru.id menyebutkan, sebelumnya Abah Hendro sempat dirawat selama empat hari karena menderita sakit darah tinggi dan stroke.

Dan jenazahnya, oleh pihak keluarga akan dimakamkan di TPU Krapyak, Semarang Barat, berdekatan dengan rumah tinggal keluarga besar, di Jalan Subali Krapyak, Jumat (26/3/2021).

Perjalanan Pengabdian

Semasa hidupnya, almarhum yang asli Wedung, Demak ini, waktunya banyak dimanfaatkan untuk berorganisasi membesarkan Nahdlatul Ulama. Dan di saat meninggal, almarhum merupakan Ketua Dewan Khos Pagar Nusa Kota Semarang dan Pembina Kerohanian Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Semarang. Pernah juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang PSNU Pagar Nusa Kota Semarang periode  tahun 1998-2011.

Almarhum adalah pendekar yang suka berpenampilan gondrong, mengikuti gurunya, yaitu KH Maksum Jauhari (Gus Maksum) Kediri.  Semasa mudanya, pesilat murid langsung KH Maksum Jauhari (Gus Maksum) Kediri ini aktif di organisasi NU. Mulai di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Gerakan Pemuda Ansor dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Kemudian lulus kuliah dan menikah, alumni IAIN Walisongo, Semarang ini pengabdiannya di NU berlanjut dengan menjadi pengurus NU mulai tingkat Ranting, Majelis Wakil Cabang (tingkat kecamatan), hingga Pengurus Cabang NU Kota Semarang.

Salah seorang murid PSNU Pagar Nusa yang enggan disebutkan jati dirinya menyebut, bahwa semasa hidup almarhum dikenal  penyayang, loman/dermawan, dan ikhlas membantu siapapun. Lebih-lebih kepada anak-anak dan para pemuda.

Konsisten berdakwah melalui majelis taklim dan membina takmir masjid untuk memakmurkan masjid-masjid di Semarang Barat dan sekitarnya.

“Abah dikenal ringan tangan dan selalu siap diminta tolong dalam urusan-urusan rumit tanpa kenal waktu. Mulai diminta mengobati orang kena tenung, membikin tobat preman kriminal, hingga meredam masalah di pedalaman Kalimantan dan pulau-pulau lain,” ungkap salah satu murid Abah Hendro

Dengan tangan dingin almarhum, dalam mendidik santri-santri  maupun murid-murid silatnya, hingga kini sudah banyak yang menjadi atlet maupun tokoh penting. Baik di NU maupun di organisasi umum.

Selamat jalan, Abah. Semoga diampuni semua salah dan dosanya, diterima semua amal baiknya. Dan mendapat Rahmat Allah subhanahu WA Taala.

Absa-wied