blank
Stok beras di sejumlah gudang penggilingan di Kudus masih melimpah. Foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Ketua DPRD Kudus Masan secara tegas menyatakan menolak rencana pemerintah mengimpor beras sebanyak 1 juta ton.

Kebijakan tersebut dinilai tidak berpihak kepada petani Indonesia dan khususnya petani di wilayah Kabupaten Kudus.

“Kebijakan ini merusak semangat kedaulatan dan kemandirian di bidang pangan,” kata Masan saat meninjau sejumlah gudang beras di wilayah Kecamatan Undaan, Kamis (26/3).

Masan menyebut, di wilayah Kabupaten Kudus stok beras saat ini dalam keadaan surplus setelah panen raya.

Dari pantauan di lapangan, gudang penyimpanan beras di sejumlah penggilingan terlihat masih cukup penuh.

Baca Juga: Kebijakan Pemerintah Pusat Impor Beras, Diharapkan Ganjar Tak Mengguncang Petani

Stok yang ada saat ini diperkirakan masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Ramadhan nanti.

Tak hanya itu, petani saat ini juga dihadapkan dengan anjloknya harga gabah kering panen.

Saat ini harga GKP mencapai titik terendah hingga Rp 3.500 per kilogram. Jika impor terus dipaksakan, harga gabah di tingkat petani diperkirakan akan semakin tertekan.

“Ini harga terendah yang pernah dirasakan petani. Padahal, sebelumnya harga terendah masih berkisar Rp 4 ribu sampai Rp 4,3 ribu per kilogram saat musim hujan,”ujar politisi asal PDIP tersebut.

Dengan harga tersebut, dipastikan petani tidak akan mendapatkan keuntungan sama sekali. Bahkan, petani terancam mengalami kerugian yang tidak sedikit,” tandasnya.

Baca Juga: Wacana Impor Hancurkan Harga Gabah, Yudi Indras: Pemerintah Mesti Tanggungjawab

blank
Ketua DPRD Kudus Masan saat menyampaikan penolakan impor beras dalam virtual meeting Musrenbang. Foto:Suarabaru.id

Sentimen Negatif Pasar

Sementara, Devin pemilik penggilgan beras UD Karunia Desa Ngemplak, Kecamatan Undaan mengatakan stok di gudangnya terbilang masih sangat melimpah.

“Hari ini ada 120 ton stok yang ada di gudang. Jumlah tersebut terbilang cukup melimpah,”tandasnya

Menurut Devin, banyaknya stok yang masih tersisa tersebut salah satunya diakibatkan juga belum maksimalnya penyerapan gabah oleh Bulog.

Padahal, gudang Bulog saat ini masih banyak yang kosong. Sehingga, jika Bulog ingin mengamankan cadangan beras, semestinya bisa memaksimalkan penyerapan beras petani.

“Standar kualitas beras untuk Bulog terlalu tinggi. Ini yang membuat stok kami selaku mitra belum terserap maksimal,”tandasnya.

Disinggung soal harga gabah yang anjlok, Devin menyebutkan wacana impor beras saat ini benar-benar menjadi sentimen negatif untuk pasar.

“Kami sebagai pengusaha, tak bisa berbuat apa-apa karena sentimen pasar menjadi negatif sehingga membuat harga menjadi anjlok,”tukasnya.

Tm-Ab

Baca Juga:Petani di Tegal Tolak Impor Beras