KLATEN (SUARABARU.ID) – Bayi mungil dengan penutup kepala merah menarik perhatian Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menengok pengungsi gunung Merapi di Desa Balerante Klaten, Selasa (19/1/2021).
Langsung saja, pria berambut putih itu langsung mendekat dan duduk di samping nenek yang menggendong buyutnya itu.
“Niki putune mbah (ini cucunya mbah), lucu ya. Namanya siapa,” tanya Ganjar.
“Niki Jordan Nurrohman pak, sanes putu tapi buyut (bukan cucu, tapi cicit),” jawab nenek tersebut.
Ganjar pun terkejut dengan jawaban nenek itu. Ia heran, ada orang Klaten yang tinggal di puncak Merapi memiliki nama Jordan.
“Kok namanya bukan Narno ya, tapi Jordan. Keren ini lho bu Bupati,” canda Ganjar kepada Bupati Klaten, Sri Mulyani yang juga istri dari mantan Bupati Klaten, Narno.
Obrolan antara Ganjar dengan ibu Jordan, yakni Tri Wahyuni langsung gayeng. Kepada Ganjar, Tri mengatakan bahwa anaknya itu baru berusia 40 hari.
“Ini lahir Desember yang lalu pak. Usianya masih 40 hari,” kata Tri.
Tri mengatakan bahwa saat anaknya lahir, ia sudah mengungsi di tempat itu. Meski sempat pulang sebentar, namun kondisi Merapi kembali meningkat dan memaksanya untuk membawa Jordan mengungsi lagi.
Ganjar pun langsung mengeluarkan sejumlah uang dari kantongnya. Ia memberikan uang itu pada Tri untuk memenuhi kebutuhan anaknya.
“Kerono ana bayi, iki aku mbayen (karena ada bayi, ini saya kondangan). Nggo anake ya, biar sehat selalu. Ibu dan simbah semuanya juga semoga sehat,” kata Ganjar.
Ganjar juga meminta semua pengungsi menjaga protokol kesehatan. Ia berpesan kepada Tri Wahyuni agar anaknya tidak sembarangan dipegang oleh orang lain.
“Dijaga ya anaknya, jangan sembarangan orang boleh pegang-pegang, karena kondisinya lagi seperti ini,” pintanya.
Tri Wahyuni tak menyangka mendapat hadiah spesial dari Ganjar. Tak henti-hentinya, ia mengucap syukur karena mendapat perhatian dari orang nomor satu di Jawa Tengah itu.
“Alhamdulillah seneng sekali, dapat uang dari pak Gubernur. Katanya kondangan anak saya,” ucapnya.
Tri berharap kondisi Merapi segera membaik agar anaknya bisa segera dirawatnya di rumah. Sebab sejak lahir, ia dan anaknya terpaksa tinggal di pengungsian.
“Harapannya Merapi cepet membaik, karena sudah hampir tiga bulan kami mengungsi. Nggak enak mengungsi, sedih juga membawa bayi di tempat seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, karena kondisi,” tutupnya.