blank
Pantai Batru Merah, tempat Kamarulah dan Ambarulah mengucap sumpah setia.

Oleh : Hadi Priyanto

Di samping terdapat  mitos  batu hitam yang dilempar  oleh Syeh Subakir untuk menjaga ketenteraman pulau Jawa,  di pulau Parang juga terdapat legenda Bajul Putih di Gua Sarang. Kisah itu bermula dari kisah sepasang kekasih yang telah berjanji untuk sehidup semati baik dalam suka maupun duka.

Muda-mudi yang tinggal dalam satu perkampungan  kecil di pinggir pantai bernama Batu Merah    ini telah lama saling mencinta. Bahkan kedua orang tua mereka telah mengetahui hubungan putra-putrinya. Juga   tetangga. Mereka menganggap keduanya adalah pasangan kekasih yang serasi.

blank
Gua Sarang Bujul Putih, salah satu obyek wisata yang bisa dekembangkan di pulau Parang.

Nama sepasang kekasih itu adalah  Kamarulah dan Ambarolah. Kamarulah dikenal sebagai pemuda yang rajin dan tekun. Ia sejak kecil telah mengenal Ambarolah yang tumbuh menjadi gadis cantik dan baik hati. Demikian juga Ambarolah, ia mengenal dengan baik Kamarulah.

Karena merasa saling mencintai, maka ketika mereka bercengkerama dipinggir Pantai Batu Merah suatu senja,  kedua muda-mudi itu saling mengucap janji. Disaksikan  ombak yang bergulung berlahan, mereka bersumpah tidak akan saling  menghianati. Mereka juga berjanji akan sehidup semati, baik dalam keadaan  suka maupun duka. Bahkan mereka  juga mengucapkan sumpah, jika diantara mereka ada yang menghianati, maka keduanya akan menjadi buaya.

Harapan mereka, janji dan sumpah itu akan semakin menautkan hati dan menggelorakan cinta yang  membara dihati mereka. Namun setelah beberapa tahun berlalu, badai itu datang. Bermula dari  datangnya  pendatang baru. Diantara mereka terdapat seorang pemuda bernama Rama. Bersama ayahnya ia tinggal di ujung pulau Parang, tidak jauh dari tempat tinggal Ambarulah.

Rama adalah seorang pemuda yang baik. Ia sangat tampan, berkulit kuning, bersih,  pembawaannya ramah dan sopan. Hingga banyak gadis di pulau itu yang kemudian mencoba mendapatkan cintanya. Namun semua ditolaknya dengan halus.

Semula Ambarulah tidak sedikitpun tertarik dengan kehadiran Rama. Sebab ia merasa telah memiliki kekasih dan bahkan telah mengikat janji setia. Bahkan bersumpah untuk saling setia hingga maut memisahkan mereka. Namun melihat sikapnya yang baik, ramah dan wajahnya yang tampan, benteng pertahanan Ambarulah akhirnya runtuh. Sebab  Ambarulah salah mamaknai penolakan Rama terhadap gadis-gadis  dikampungnya. Ia menduga Rama hanya menaruh hati dan perhatian kepadanya.

Tiap hari Ambarulah menunggu Rama  mengungkapkan cintanya. Namun saat yang ditunggu tidak juga tiba. Ia semakin gelisah sebab hasrat untuk memiliki Rama semakin besar. Ia tidak ingat lagi bahwa ia telah mengikat janji dengan Kamarulah.Akhirnya Ambarulah yang semakin gelisah mencari  waktu yang tepat untuk mengungkapkan cintanya pada Rama.

Saat diketahui Rama berada di pantai Batu Merah suatu sore, dengan bergegas  Ambarulah menyusulnya.  Ambarulah tidak ingat lagi bahwa beberapa tahun yang lalu ditempat itu ia telah mengucapkan janji saling setia dengan kekasihnya, Amarulah.

Tentu saja Rama terkejut. Apalagi kemudian Ambarulah  dengan terus terang mengungkapkan cinta yang ia pendam sejak lama. Ambarulah ingin menjadi pendamping hidup Rama. Namun Rama yang mengetahui bahwa Ambarulah adalah kekasih  Amarulah, maka dengan halus ditolaknya  hasrat Ambarulah.

Mendapatkan kenyataan pahit bahwa cintanya telah bertepuk sebelah tangan, dengan berlinang air mata Ambarulah  berlari meninggalkan Rama. Dalam kesedihannya, Ambarulah teringat sumpah dan janjinya tidak akan  menghianati  Amarulah, kekasihnya Ia sangat menyesal. Namun kutuk telah menimpanya. Saat ia membasuh mukanya di sebuah mata air  karena kelelahan, tiba-tiba badannya merubah menjadi buaya. Tempat itu kemudian dikenal sebagai Bendungan Gon Boyo.

Demikian juga Kamarulah. Mengetahui bahwa gadis yang dicintainya telah ingkar janji, bergegas dengan dibalut rasa duka yang sangat dalam ia meninggalkan rumahnya menjelang tengah malam. Kamarulah menuju Gua Sarang.

Namun karena ditempat tersebut telah ada seorang pertapa tua yang sedang menjaga ketentraman pulau Jawa, Kamarulah kemudian mengambil tempat di bagian selatan gua. Selang beberapa waktu Kamarulah   kemudian berubah menjadi  buaya berwarna putih. Hingga gua tersebut dikenal  sebagai Gua Sarang Bajul Putih. Konon masyarakat setempat meyakini, Bajul Putih penjelmaan Kamarulah, kadang masih menampakkan diri dalam bentuk pria sepuh berbaju putih.