KUDUS (SUARABARU.ID) – Harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pekan ini mengalami lonjakan menjadi Rp9.000 per kilogram dari harga jual sebelumnya berkisar Rp6.500/kg.
Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma’ruf menyatakan, harga jual kedelai impor normalnya memang berkisar Rp6.500/kg.
“Akan tetapi, sejak adanya pandemi virus corona, kenaikan indeks, dan keterlambatan pengiriman kedelai dari negara asal penghasil kedelai, harganya menjadi terdongkrak naik,” ujarnya, Selasa (5/1).
Di pasaran, kata dia, permintaan tahu maupun tempe yang menggunakan bahan baku kedelai justru turun karena daya beli masyarakat di masa pandemi yang juga merosot.
Terkait harga jual kedelai yang melambung tinggi tersebut, sudah dikoordinasikan dengan para produsen tahu dan tempe di Kabupaten Kudus. Bagi pengusaha tahu dan tempe yang tidak bisa menaikkan harga jual di pasaran bisa berhenti sementara.
“Sedangkan yang bisa menaikkan karena didukung konsumen, terutama para konsumen partai besar bisa tetap produksi dengan harga jual menyesuaikan kenaikan harga bahan baku,” ujarnya.
Untuk stok kedelai impor sendiri bagi perajin tahu dan tempe di Kabupaten Kudus tersedia cukup karena di gudang Primkopti Kabupaten Kudus tersedia 50-an ton.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Perajin Tahu Desa Karangbener, Kecamatan Bae, Kudus Bambamg Sutrisno mengakui khawatir dengan lonjakan harga kedelai impor karena selama ini belum pernah dialami.
“Harga beli kedelai saat ini merupakan yang paling tinggi selama menekuni usaha pembuatan tahu,” ujarnya.
Terkait permintaan tahu di pasaran, katanya, belum mempengaruhi produksinya karena masih stabil dengan 7 kuintal kedelai per harinya.
Sementara harga jualnya, kata dia, ada kenaikan dari sebelumnya per papan Rp22 ribu, kini ada kenaikan dengan menyesuaikan kemampuan pasar. Harga jual eceran dari sebelumnya Rp6.000 per 10 biji, kini naik menjadi Rp8.000-an.
Ant-Tm