CIANJUR (SUARABARU.ID)-Fauzi adalah santri Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur yang berasal dari Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ia merupakan satu dari sekian ribu santri Al-Ittihad yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
“Ketika panitia penerimaan peserta didik baru menyatakan menerima saya sebagai salah satu santri Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur, saya hampir tidak percaya dengan informasi ini. Perasaan haru bercampur bahagia karena cita-cita saya untuk mesantren bisa terwujud,” kata Fauzi.
Awalnya, Fauzi agak ragu untuk melanjutkan pendidikan di pesantren yang jaraknya ribuan kilometer dari Aceh ke Cianjur, Jawa Barat.
Dengan dukungan dan juga doa keluarga, akhirnya ia memberanikan diri untuk mondok meskipun jauh dari keluarga.
Tidak gampang bagi Fauzi yang duduk di bangku sekolah SMK ini untuk beradaptasi di pesantren. Pasalnya, selain perbedaan cuaca, ia juga harus beradaptasi dengan bahasa dan teman barunya.
“Alhamdulillah, saya bisa langsung beradaptasi dengan cukup cepat dan bisa mengikuti pelajaran agama serta sekolah dengan baik,” ujar Fauzi.
“Dan, sekarang di pondok ini alhamdulillah, Allah memberikan jawaban atas keinginan saya untuk menuntut ilmu dalam menggapai cita-cita walaupun dengan berbagai macam tantangan,” ujar Fauzi menambahkan.
Anak Yatim
Fauzi Azmi dilahirkan di Aceh Tamiang, 31 Mei 2004 lalu. Bungsu dari tiga bersaudara pasangan almarhum Zainal Abidin dan Siti Aminah yang berprofesi seorang guru ini berasal dari keluarga sederhana. Saat masih kecil, dia menjadi yatim setelah ayahnya meninggal dunia.
Tumbuh dari latar belakang keluarga sederhana, tidak menyurutkan semangat Fauzi untuk meraih cita-citanya menjadi seorang pilot.
Kepala Sekolah SMK Al-Ittihad, Adi Sastra Nugraha, mengapresiasi apa yang dicita-citakan Fauzi. Ia mengaku sangat mendukung penuh usaha Fauzi dalam menggapai semua cita-citanya tersebut.
“Fauzi aset rakyat Aceh Tamiang masa depan. Atas nama pribadi dan lembaga, saya sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya,” kata Adi.
Adi mengatakan, kerja keras dan usaha pantang menyerah patut dicontoh sebagai motivasi awal bagi seluruh santri di Al-Ittihad.
Fauzi yang berasal dari latar belakang keluarga sederhana ini menurutnya mampu membuktikan diri sebagai sosok santri yang pantang menyerah dengan berbagai macam rintangan.
“Saya harap ke depan, selesai mesantren di sini bisa pulang ke Aceh dan mengabdi pada tanah kelahiran,” ujar Adi menambahkan.
Muharno Zarka