blank
Emil Salim. foto: Siberindo.co

JAKARTA (SUARABARU.ID)– Presiden Jokowi resmi melantik enam menteri baru setelah hampir setahun terpilih periode kedua, Rabu (23/12/2020). Enam menteri tersebut mengisi jabatan dan mengganti posisi menteri dalam Kabinet Indonesia Maju.

Ekonom senior Emil Salim turut angkat bicara terkait sosok menteri baru Jokowi. Bagi Emil, tidaklah mudah menemukan calon menteri yang ahli di bidangnya, yang paham memisahkan profesionalisme dengan politik praktis, tahu membedakan kepentingan umum dengan kepentingan pribadi, dan yang melangkah dengan tegap di jalan lurus mengabdi Tuhan Maha Kuasa.

“Personalitas menteri yang dipilih dalam Kabinet-Presidensial sekarang ini, seyogianya mencerminkan tokoh-tokoh yang dipercayai Presiden membantunya agar berhasil mengemban tugas Pres-Wapres hingga 2024, dan bukan tokoh-tokoh atau wakil partai tanpa nilai tambah yang berbobot,” ujar Emil Salim di akun Twitter pribadinya @emilsalim2010, Selasa (22/12/2020).

Mantan menteri era Orde Baru yang juga pernah diganjar anugerah Blue Planet Prize pada tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation itu menilai, pemimpin- pemimpin politik suka berdalih bahwa tujuan menghalalkan cara yan ditempuh, termasuk cara yang haram.

Sedangkan di hati rakyat hidup kesadaran yang haram itu dilarang karena memuat dosa. Sehingga kita berdosa menghalalkan yang haram demi tujuan yang halal.

“Tujuan memenangkan calon Partai dalam Pilkada. Untuk ini perlu uang. Tugas kader Partai yang jadi Menteri sama dengan manfaatkan wewenang ciptakan peluang himpun dana untuk tujuan halal menangkan Pilkada. Jika tujuan tercapai, sang Menteri = kader Partai yang berharapan,” ungkapnya.

Menurut Emil, menteri baru pilihan Jokowi sudah tepat. Sebut saja Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, duduki jabatan Mensos yang dianggapnya pemimpin lapangan. Sandiaga Uno yang merupakan pengusaha terkemuka diamanahkan sebagai Menparekraf, Budi Sadikin Manajer sebagai Menkes, Lutfi seorang usahawan sebagai contoh teknokrat yang tidak tenggelam dalam politik jadi pilihan Presiden Jokowi membantunya di kabinet Indonesia Maju. Selamat, kata Emil, seperti dilansir dari Siberindo.co grup suarabaru.id.

“Indonesia tertinggal dlm ‘3-T=testing-tracing-treatment’ Covid-19, sehingga ‘berperang’ dengan virus corona tanpa mengetahui dimana musuh bersembunyi. Mungkinkah Menkes Sadikin galakkan 3-T agar ‘perang lawan Covid’ lebih rasional?” gumam Emil salim.

Claudia SB