Foto: dok/ilustrasi,

Oleh : Nila Ubaidah MPd

ANAK-ANAK adalah generasi penerus bangsa. Seiring perkembangan zaman akibat
pengaruh globalisasi teknologi pada era rovolusi industri 4.0, sudah menjadi
sebuah kebutuhan, bahwa Anak-anak pada jenjang pendidikan dasar sudah tidak
asing lagi dengan yang namanya smartphone atau gawai.

Dalam hal ini, peran orang tua sebagi pendidik utama di rumah dan guru sebagai
pendidik di sekolah, harus memberikan teladan, mendidik, dan mengajar anak-
anak secara profesional, dengan pendidikan islami sesuai masa kini.

Tahukah Anda, bagaimana pendidik yang seperti itu? Orang tua sebagai pendidik
utama harus memberikan pendidikan sedini mungkin, bahkan saat masih dalam
kandungan sekalipun, dan terus berlanjut saat usia emas seorang anak (the
golden years/golden ages).

Pada masa itu, anak-anak menunjukkan rasa ingin tahunya yang sangat luar biasa
dan semangat belajar yang sangat tinggi. Mengingat pentingnya usia dini dalam
mendidik anak, maka para orang tua harus selalu ingat dan memperhatikan,
jangan sampai masa keemasan itu terlewatkan begitu saja.

Ketika beranjak dewasa, anak-anak juga membutuhkan bimbingan karakter yang
islami. Peran orang tua pada masa itu adalah, memberikan contoh secara
langsung kepada anak.

Satu contoh saja, ketika kita menyuruh anak kita untuk shalat dan mengaji.
Caranya bukan dengan memerintah mereka secara tegas, tetapi dengan mengajak
mereka untuk shalat berjamaah, dan setelah itu mengaji bersama. Karena sifat
alamiah seorang anak adalah peniru yang sangat hebat.

Guru sebagai pendidik, juga harus mempunyai prinsip-prinsip dasar dalam
mendidik. Seorang guru tidak hanya perlu pintar dalam bidang keilmuannya saja,
melainkan juga harus memahami makna pendidikan secara utuh dan mendalam. Bisa
memahami karakteristik, menemukan potensi apa yang dimiliki peserta didiknya,
dan memberi pengarahan untuk mencapai sebuah kesuksesan.

Selain meningkatkan kemampuan siswa dalam pelajarannya, seorang guru juga
wajib menyelipkan pendidikan karakter di dalamnya. Karena orang pintar akan
menjadi musibah tanpa akhlaq yang baik.

Dalam hal ini, seorang guru dituntut melakukan sistem pembelajaran yang
kreatif, memotivasi, menggugah rasa ingin tahu, dan memberikan ruang bagi anak
didiknya untuk menyalurkan dan mengembangkan kreativitasnya. Supaya sistim
pengajarannya menjadi tidak membuat bosan anak didiknya.

Jika anak didik bosan, mereka pergi ke sekolah pun akhirnya hanya sekadar
memenuhi kewajiban, bukan atas keinginannya. Maka tidak heran, banyak anak
didik yang membolos dari sekolah, dan lebih memilih ke warnet dan sebagainya.

Beri Pengarahan
Dengan adanya teknologi yang semakin hari semakin canggih, guru harus bisa
memanfaatkannya menjadi sebuah alat untuk memudahkan aktivitas pembelajaran.

Misalnya pada saat kegiatan evaluasi harian, dengan memberikan kuis kepada
anak didiknya, melalui pengemasan games online dalam quiziz.com, kahoot.com,
atau Learning Management System (LMS) lainnya, yang merupakan aplikasi
berbasis web.

Kemajuan teknologi di segala bidang, membawa dampak positif dan negatif bagi
anak didik. Karena anak-anak “zaman now”, sejak kecil sudah akrab dengan yang
namanya teknologi.

Ada beberapa yang menganggap, teknologi adalah kehidupan kedua bagi mereka.
Anak didik “zaman now” tak bisa hidup tanpa teknologi, salah satunya adalah
smartphone.

Di sini peran orang tua dan guru adalah, memberikan pengarahan terkait
kebermanfaatan teknologi tersebut. Peran seorang guru hanya sebagai pengarah,
dan untuk memaksimalkannya, dibutuhkan peran aktif dari orang tua untuk
membatasi dan mengawasi penggunaan smartphone anaknya.

Maka harapannya adalah, generasi muda terdidik sesuai dengan zamannya, dan
menjadi penerus yang bisa memajukan bangsa Indonesia. Semoga…

 

Nila Ubaidah MPd, Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang