blank

blank

SAYA pernah bertemu orang yang memastikan bahwa Bung Karno itu masih hidup dan bisa ditemui. Orang itu mengaku kenal orang yang oleh Sang Proklamator itu diberi amanah membagikan “dana revolusi” kepada ummat yang akan dicairkan melalui Bank Swiss.

Setidaknya, ada tujuh orang yang mengklaim sebagai pemegang amanah membagi itu, diantaranya, sebut saja Eyang Klawu, Eyang Wardos, Eyang Tempel, Eyang Jenggot, dll. Mereka mengaku sebagai pemegang kunci gudang harta karun dana revolusi.

Eyang Klawu dibantu banyak tim menyebar informasi keberadaan harta karun. Dan anehnya, yang terpikat itu bukan hanya dari kalangan awam. Ada oknum : Kepala Desa, Guru, Camat, Militer, bahkan ada pengusaha, para pemuka agama dan tokoh masyarakat.

blank
Sertifikat harta karun. Foto: Ist

Salah satu ustad muda ASH menuturkan pengalamannya saat bertemu EYL mafia yang mengaku sebagai juru kunci harta karun atau yang disebut dana revolusi, sebagai berikut :

EYL menemui ASH, ustad muda yang memiliki banyak jamaah. Awal kali ketemu ASH dia menyembah-nyembah di pangkuannya dan mengutarakan keinginannya untuk numpang hidup dan diizinkan  masuk agama yang dipeluk ASH.

Setelah akrab, EYL mengatakan dirinya sebagai pemegang kunci gudang harta karun amanah Bung Karno untuk kesejahteraan umat. Harta itu disebut “Dana Kesejahteraan Ummat”. Merasa dapat informasi berharga, ASH menghubungi mereka yang dianggap mampu menyalurkan harta karun.

Kesurupan

Mereka lalu mendatangi EYL alias Eyang Lawu. Sesaat kemudian dia kesurupan roh Raja Jawa dan berkata. ”Ngger anak cucu saya,  saatnya sudah tiba, saya sekedar penyambung amanah Bung Karno, harta itu akan jatuh ke tangan anak-cucu saya yang hadir di sini.”

“Dan satu-satunya orang yang bisa menyelesaikan masalah harta karun itu hanya ASH. Selanjutnya, silakan kalian berunding.”  EYL lalu tersadar dari kesurupannya.

Yang dimaksud berunding itu agar mereka berunding dengan EYL. Seakan, ucapan itu dari mulut Raja yang menyurup wadag EYL. Soal biaya, dalam perundingan itu pada tahun 1992, disepakati Rp 12.500.000.

Uang itu untuk anggaran sewa mobil pengangkut harta karun khusus, yaitu mobil boks militer. Sewa mobilnya mahal karena memuat harta karun itu risikonya tinggi, katanya.  ASH dan rombongan segera pulang dan menjual apa yang bisa dijual. Ada yang jual mobil, sawah, bahkan rumah, dengan keyakinan yang terjual itu akan diganti ketika harta karunnya di tangan.

Seminggu kemudian ASH dan rombongan datang ke EYL menyerahkan uang Rp 12.500.000. EYL menyambut rombongan itu sangat meyakinkan. “Anak-anakku semua, kalau orang akan masuk surga dunia, syaratnya berat, harus sabar, jer basuki mawa beya. ” EYL lalu menyuruh rombongan kembali seminggu lagi.

Saat ASH datang bersama rombongan, EYL membakar kemenyan lalu kesurupan. Dia mengatakan, mereka yang hadir di majlis itu termasuk orang yang menemukan kebahagiaan luar biasa. Mereka akan menerima harta karun berupa lantakan logam emas murni sejumlah 144 peti dan ratusan peti uang Brazil atau biasa disebut UB.

ASH dan rombongan disuruh pulang untuk mempersiapkan gudang penyimpan harta karun. Tempat itu harus bersih dan aman dari pandangan tetangga. Rombongan lalu mencari dana untuk sewa tempat.

Setelah tempat sudah disiapkan, mereka datang dan melaporkan sudah siap.  EYL minta alamat yang dituju. Karena harta karun tidak kunjung datang, ASH datang lagi bersama rombongan. EYL mengaku sudah siap mengantar, tetapi komandan sedang dinas ke Bandung. EYL berkata pada salah satu rombongan, “Kalian kan tahu aturan, kalau tidak ada komandan, perintah belum bisa dilaksanakan”. EYL lalu menyuruh mereka pulang dan datang lagi minggu depan.

Saat rombongan datang lagi, EYL memerintahkan seluruh rombongan bersabar karena ada persyaralan yang harus dipenuhi. Mereka harus membuka rekening pada bank untuk menjaga keamanan uang yang akan diterima. EYL juga meminta seluruh rombongan membuat daftar catatan  utang dan meminta fotokopi KTP.

Seminggu kemudian ASH dan rombongan datang lagi. EYL masih santai menerimanya. Seluruh rombongan belum curiga. Mereka tetap bersemangat dan yakin sebentar lagi akan menjadi jutawan. Sikap EYL yang mengulur-ulur  waktu itu diyakini bentuk ujian orang yang akan  menerima karunia besar.

Pada kedatangan berikutnya, EYL kesurupan lagi. Dia mengatakan sudah turun dhawuh (perintah) dari atas bahwa orang yang semula ketitipan amanah harta karun sudah tidak mau ketitipan lagi dan akan  dilimpahkan kepada ASH dan rombongannya.

Setelah sadar dari kesurupan, EYL menyarankan agar seluruh rombongan menunggu perintah selanjutnya. “Silakan kalian menunggu perintah, syaratnya, kalian harus berada di hotel wilayah Jawa Timur karena Bung Karno dulu orang Jawa Timur.

Waham

Mereka yang sedang memburu harta karun itu sudah melalaikan tugasnya. Mereka mulai kehilangan logikanya. Mereka itu sangat optimis. Nasihat keluarga, sahabat, guru, sudah tidak mempan pada telinganya, matanya sudah gelap.

Ibarat punya satu kambing, maka kambing itu dijual untuk meneruskan perburuannya. Kenekatan itu didorong keyakinan, semua yang dijual akan kembali setelah harta karun sudah di tangan. Di antara mereka ada yang sudah berbulan-bulan bolos dari kantor. Kapokmu kapan!

Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati.