JEPARA (SUARABARU.ID) – Banyaknya warga Jepara yang terkonfirmasi Covid-19 serta pelacakan kontak dengan pasien dan tes masif oleh para petugas medis di Puskesmas dan DKK, membuat ribuan specimen swab menunggu pemeriksaan laboratorium.
Padahal RSUD RA Kartini telah memiliki dua laboratorium yaitu PCR ( Polymerase Chain Reaction maupun TCM ( Tes Cepat Molekuler ). Namun ada keterbatasan kapasitas dikedua laboratorium ini. Akibatnya hasil swab baru diketahui 1 minggu kemudian. Sementara laboratorium kota lain juga overload.
Direktur RSUD RA Kartini, dr Dwi Susilowati M.Kes membenarkan adanya keterbatasan kapasitas. “Untuk laboratorium PCR kapasitasnya hanya 2 X 94 sampel pemeriksaan spesimen per hari,” ujarnya saat dihubungi SUARABARU.ID.
Sementara Wakil Direktur RSUD RA Kartini, dr Bambang Dwipo M.Kes menjelaskan, laboratorium PCR digunakan untuk pemeriksaan sampel dari tracking dari Puskesmas dan rumah sakit lain.
“Sampel yang masuk setiap hari rata-rata dua kali lebih banyak dari kapasitas PCR. Sedangkan TCM yang catridgenya terbatas digunakan untuk pemeriksaan pasien bergejala yang memerlukan pemeriksaan cepat, pemeriksaan post mortem dan kontak erat nakes . Ini jumlahnya juga semakin banyak,” ujar Bambang Dwipo. Saat ini penularan Covid-19 bukan lagi komunitas kecil tetapi semakin luas.
Menurut keterangan Kepala Puskesmas Mlonggo, dr Eko Cahyo Puspeno dalam pelacakan kontak erat dengan pasien terkonfirmasi biasanya ditemukan 2-5 orang yang melakukan interaksi jarak dekat. Tetapi juga tergantung pada relasi yang bersangkutan “Dari temuan tersebut kemudian dilakukan swab. Swab juga dilakukan terhadap pasien yang memiliki gejala,” ujarnya.
Sementara Kepala Puskesmas Bangsri dr Umi Widi Hastuti M,.Kes menjelaskan, pada kasus keluarga yang pelacakan kontak eratnya 5 -12 orang. Ini sangat tergantung pada intensitas interaksi yang bersangkutan. “Namun jika yang bersangkutan aktif di organisasi, pelayan publik dan pedagang pasar jumlahnya bisa semakin banyak,” ujarnya.
Menurut kepala Puskesmas Bangsri 2, dr Murtono untuk pelacakan kontak erat berdasarkan SOP dilakukan pada keluarga inti, atau keluarga yang tinggal satu rumah dan juga tetangga yang berniteraksi secara langsung dari jarak dekat. “ Jumlahnya sangat variatif,” ujarnya.
Sedangkan Juru Bicara Satgas Penaganan Covid-19, Muh Ali, S.Kep, M.MKes yang pagi ini dikonfirmasi membernarkan bahwa banyak spesimen yang belum dapat diperiksa di laboratorium, karena kapoasitas nya terbatas. Ini terjadi disemua kota.
Karena itu protokol kesehatan harus terus digenjot. “Berdasarkan penelitian, penularan terbesar Covid-19 adalah akibat diabaikannya protokol kesehatan. “Banyak pertemuan atau kegiatan yang mengabaikan protokol kesehatan, baik pada saat orang punya hajat, kegiatan keagamaan, wisata dan acara-acara arisan atau pertemuan,” ujar Muh Ali.
Hadepe – ua