blank
Tebing batu di Gumuk Reco Sepakung. Foto: @wisatasepakung

Oleh: Widiyartono R

ANDA mengenal Gunung Telomoyo? Ya, para orang tua yang kini di atas 60 tahun setidaknya mengenal lagu Keroncong Telomoyo yang dinyanyikan Mus Mulyadi. Ya, sejak lama Telomoyo sudah sangat dikenal. Dulu semasa dunia telekomunikasi dan informatika belum sedahsyat sekarang, di puncak gunung itu sudah dipancangkan menara yang menjadi pemancar televisi, dalam hal ini TVRI.

Dari jauh, puluhan kilometer jaraknya menara itu tampak. Dan, sampai sekarang menara itu masih berdiri dan bisa kita pandangi saat melintasi dari Salatiga menuju Kopeng. Pemerintah memang memberi perhatian cukup baik untuk Telomoyo. Sehingga, jalan menuju puncak pun sudah cukup baik untuk dilewati sepeda motor bahkan mobil.

Nah, kini terkait dengan Telomoyo ada yang sedang ngetop, yaitu nama Sepakung, sebuah desa di kaki Gunung Telomoyo yang masuk dalam wilayah Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Nama ini memang kemudian menjadi viral karena bermula dari unggahan di media sosial. Kita paham benar, bahwa dengan perkembangan teknologi informatika, berkembangnya peranti ponsel pintas dengan aneka fitur, menjadikan penggunanya serasa dimanjakan.

Mereka menjadi terbiasa, bahkan addict untuk selalu berswafoto alias berfoto selfi. Nah, Sepakung popular karena memiliki alam yang yang indah, dan instagramable. Tepatnya di Gumukreco, sebuah kawasan did esa itu berupa tebing terjal tegak lurus yang fenomenal.

Sebagai destinasi, Gumukreco Sepakung memang masih disebut “barang baru”. Baru 15 Oktober 2017 pembangunan selesai dan diresmikannya Gumuk Reco Sepakung sebagai atraksi wisata yang paling  sering dijadikan objek kunjungan. Destinasi ini kalau pada masa lalu disebut “wisata minat khusus”, yang tidak semua wisatawan berminat. Yang ditawarkan adalah wisata petualangan.

Tetapi “wisata minat khusus” tampaknya memang sudah agak diabaikan. Wisatawan sekarang suka hal-hal baru, meski untuk menuju ke sana penuh tantangan dengan jalan penuh tikungan tajam dan tanjakan, tidak masalah. Yang penting, mendapatkan spot foto indah, instagramabel, dan syukur-syukur viral.

Maklum saja, lokasi di gunung, jadi jalan menuju ke sana memang penuh tanjakan dan tikungan. Dan, jalan tentu tidak selebar jalan umum apalagi jalan tol. Pemandangan indah berupa areal pesawahan atau dinding batu tegak lurus dengan hiasan tanaman semak hijau.

blank
Meniti jembatan Ondo Langit, menumpahkan adrenalin. Foto: @danarsibolang

Ondho Langit

Pemandangan sawah, tebing dengan semak hijau, itu sekadar bonus. Inilah tantangan yang sebenarnya. Bagi merekan yang suka menggelakkan adreanalin, inilah tempatnya. Di Sepakung ada sebuah tebing batu yang bernama Gumuk Reco.

Konon, menurut si empunya cerita, tebing batu ini peninggalan zaman Kerajaan Majapahit yang semula akan dipahat menjadi ukiran atau patung (reca, dalam bahasa Jawa). Maka kemudian diberi nama Gumuk Reco atau bukit patung.

Inilah perpaduan wisata alam dengan tambahan artifisial. Di tebing yang tegak 90 derajat itu, kemudian dipasang tangga atau tepatnya jembatan yang tampak melayang. Jembatan sepanjang sekitar 15 meter dengan ketinggian sekita 17 meter di atas permukaan tanah di bawahnya. Karena melayang inilah kemudian wahana ini disebut andha langit (ejaan bahasa Jawa yang benar) yang berarti tangga langit. Tetapi umumnya masyarakat akan bingung, maka disebutlah Ondo Langit.

Mereka yang bernyali, bisa melepaskan adrenalinya dengan naik tangga atau meniti jembatan ini. Tentu, pemandangan dari sana akan sangat luar biasa, maka pasti takkan lupa bawa kamera. Kemudian tentu tak lupa juga, meminta orang lain untuk memotretnya, karena petualangan ini sudah tak ternilai harganya.

Bukan itu saja, ada tantangan yang lebih “ngeri” lagi, bermain ayunan. Karena juga melintasi barat daratan, ayunan ekstrem ini disebut ayunan langit. Yang ciut nyali, sekali lagi jangan mencoba, meski penyelenggara meyakinkan bahwa wahana itu aman.

blank
Ekstrem, bermain ayunan langit di Gumukreco Sepakung. Foto: asroriachmad

Tidak Mahal

Soal harga memang relatif. Begitu juga untuk masuk objek-objek wisata. Kawasan wisata yang dikelola oleh Desa wisata Sepakung ini, tentu juga sudah harus menggunakan manajemen pariwisata. Pengunjung yang masuk dikenai bayaran yang pasti, dan diharapkan tidak ada pungutan-pungutan yang tidak perlu alias liar.

Untukk masuk Desa Wisata Sepakung, pengunjung ditarik biaya masuk sebesar Rp 5.000. Bila menggunakan kendaraan tentu saja ada tambahan ongkos parker. Kemudian bila ingin menggelegakkan adrenalin, bisa menambah Rp 25 ribu untuk melintasi jembatan Ondo Langit. Dan, jangan lupa pula nikmati ayunan langitnya yang pasti mendebarkan jantung.

Jaraknya tidak jauh, dari Kota Semarang sekitar 60 km dengan jarak tempuh kurang dari dua jam. Ayo berwisata. Tetapi ingat, masih masa pandemi. Pakai masker, jaga jarak, dan jangan lupa cuci tantang pakai sabun atau disemprot dengan sanitizer.

Widiyartono R, wartawan, travel writer, pemerhati pariwisata