blank
Evaluasi program smart city di Gedung Sekda Wonosobo secara virtual. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Hasil evaluasi program kota cerdas (smart city) di Kabupaten Wonosobo oleh Kementerian Kominfo RI menunjukkan sejumlah target yang telah ditetapkan belum tercapai secara optimal.

Dua program unggulan, yaitu PL Sagita (Pangan Lokal Sahabat Gizi Kita) yang masuk dalam sektor smart living dan Labu Bali (Layanan Baca Buku dan Literasi) yang menjadi bagian dari smart society terpaksa berjalan di tempat lantaran adanya pandemi Covid-19.

“Program PL Sagita terkendala pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan warga sehingga program pelatihanvyang telah dianggarkan terkena refocusing atau pengalihan untuk penanganan Covid-19,” terang Kepala Seksi Tata Kelola Teknologi Informasi Bidang Informatika Diskominfo, Ratna Sulitiyani, Kamis (26/11).

Sementara untuk program Labu Bali, diakui Ratna, juga terkendala wabah virus Corona yang mewajibkan siswa sekolah menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan sistem dalam jaringan (daring). Selama satu semester lebih hingga kini belum dibuka pembelajaran tatap muka (PTM).

Kedua program tersebut, sambungnya, selama tahun 2019 telah mengalami perkembangan berarti. Yakni PL Sagita diterapkan di 29 Kelurahan di 15 Kecamatan di Wonosobo untuk membantu mengatasi problem gizi buruk.

“Sedang Labu Bali, bahkan telah diduplikasi di banyak sekolah untuk membantu meningkatkan minat baca dan literasi siswa. Hanya karena ada PJJ dan belum dibuka PTM, banyak sekolah yang terkendala saat akan menerapkan program tersebut,” katanya.

Kepala Seksi Teknik Komunikasi dan Persandian Bidang Informatika Diskominfo, Wajiran menambahkan hasil evaluasi program smart city tersebut juga membuahkan sejumlah catatan positif dari Kemenkominfo perihal kinerja Pemkab Wonosobo.

Opini WTP

blank
Hasil evaluasi program smart city di Wonosobo belum berjalan optimal karena pandemi global Covid-19. Foto : SB/Muharno Zarka

“Sejumlah catatan yang sifatnya mengapresiasi kinerja smart city antara lain telah berjalan program smart governance yang berhasil meningkatkan indeks kepuasan masyarakat dari semula 80,17 persen di tahun 2018 menjadi 81,81 persen pada 2019,” terang Wajiran.

Selain itu, kata dia, dalam hal kinerja fiscal dan pengelolaan keuangan, adanya smart city juga memudahkan Pemkab Wonosobo meraih opini WTP hingga 4 kali berturut-turut sejak tahun 2017. Menghasilkan penilaian atas kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah (LKPPD Kemendagri) dengan capaian nilai 3.17.

“Hasil penilaian sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) dari Kemen PAN dan RB, selama 2 tahun terakhir juga mendapat nilai cukup bagus yaitu 2.94.
Sementara laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) berhasil mendapat nilai 64,03 alias masuk kategori predikat baik,” beber Wajiran.

Senada, Kepala Dinas Kominfo Eko Suryantoro juga menyebut hasil koordinasi dengan OPD-OPD terkait yang menjadi bagian dari program smart city menunjukkan progress yang menggembirakan.

“Program smart economy saat ini tengah didorong untuk bisa menjadi solusi mengatasi dampak pandemic Covid-19 yang memukul segenap sendi perekonomian warga,” jelas Eko.

Perangkat Daerah terkait, disebut Eko, telah siap dengan upaya menghidupkan kembali pasar wisata tradisional yang selama pandemic terpaksa mati suri, salah satunya dengan program Bangga Bela Beli Produk Lokal untuk melindungi makanan dan kesenian tradisional.

Eko juga menjelaskan smart branding yang akan menjajaki kerjasama dengan sejumlah biro perjalanan wisata melalui aplikasi Jelajah Wonosobo untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke Wonosobo selepas pandemi global Covid-19.

“Harapan kami semua adalah program kota cerdas ini ke depan akan benar-benar memberikan dampak signifikan bagi upaya meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat dengan berbagai kemudahan dalam tata laksana kehidupan sehari-hari,” pungkas Eko.

Muharno Zarka-Wahyu