SUARA BARU – ( Mutiaradinda Haidar, 14 tahun ) Memasuki bulan ke sepuluh sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Sebuah perjalanan yang sudah cukup panjang. Cukup untuk membawaku berpikir lagi, belajar dari peristiwa dan mencoba beradaptasi serta mengambil hikmah dari sejarah.
Tak pernah kusangka, aku, kakak, adik, ayah bunda serta teman teman dan bapak ibu guruku akan berada dalam sejarah besar dunia ini. Ya, pandemi ini tidak dialami oleh kakek nenekku, bahkan belum tentu juga akan dialami oleh generasi mendatang. Apakah aku harus sedih atas bencana dunia ini atau bersyukur karena berkesempatan mengalami dan menjadi saksi atas peristiwa yang mendunia ini. Tetapi yang kutahu banyak pelajaran berharga yang dapat kupetik.
Aku lahir dari seorang ibu yang bekerja juga ayah yang tak ada liburnya walau pandemi sedang dahsyat- dahsyatnya. Dari mereka aku bersama- sama melewati masa study from home dan all activity from home. Jujur, sempat mengalami pasang surut yang seru untuk diceritakan.
Di awal pandemi, tiba tiba kami dirumahkan oleh sekolah, selama dua pekan, lalu diperpanjang dan diperpanjang. Yang kurasakan di awal waktu tersebut adalah perasaan senang yang luar biasa, Bagaimana tidak, tiba tiba diberi libur yang demikian panjang.
Waktu terus berjalan. Rasa bosan mulai melanda. Bersama kakak dan adik selama 24 jam, tugas sekolah yang semua via online, kehilangan piknik keluarga yang menjadi tradisi tiap dua pekan, wisata kuliner bareng ayah yang tak lagi ada and many more.
Bosan melandaku. Ditambah mudahnya konflik konflik kecil dengan saudaraku untuk hal hal yang sepele. Duuuh begini rasanya tiba- tiba dipenjara di rumah. Ibuku, yang seorang dosen, yang harusnya work from home bahkan tidak pernah libur, karena mendapat tugas kemanusiaan sebagai Team Task Force Penanggulangan Covid-19 Unissula jadi semakin sibuk lebih dari biasanya. Kadang kudapati beliau masih berkutat dengan zoom meeting hingga larut malam.
Rindu kepada sekolah mulai terasa. Rindu teman teman, rindu ketemu guru, rindu ujian, rindu setoran hafalan secara langsung, rindu riuhnya suasana antar jemput mobil sekolah. Duuuh, rindu sekali.
Memasuki bulan ke tiga masa pandemi, ayah bunda mengajak kami berbincang. Ayah menanyakan apakah ada kesulitan dengan aktifitas selama di rumah, Bunda pun menggali kegiatan apa yang paling membuat tidak nyaman. Kami pun curhat habis habisan. Seru sekali. Mereka berdua menjadi moderator atas semua kecerewetan kami. Bersyukur memiliki parent yang memiliki passion dan patient. They are our best partner, best friend, best conselor, alhamdulillah.
Okey, kami sepakat untuk berdamai dengan pandemi ini. Berkompromi di tengah perjalanan masa Corona virus. Kesepakatan itu adalah membuat activity day living. Apa itu activity day living? Yaitu sebuah perencanaan kegiatan harian yang terstruktur, terencana, memiliki tujuan yang jelas serta dilakukan dengan disiplin dan suka cita. Dibuat mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kita akan menjadi manager buat diri kita sendiri.
Aku ingat pesan bunda saat menjadi narasumber di webinar yang diselenggarakan Unissula, dimana bunda menjadi salah satu pembicaranya. Bahwa ternyata penting membuat rencana aktifitas sehari hari atas semua aktifitas kita. Jujur kuakui, bahwa ketika kita tidak memiliki aktifitas terjadwal, maka kita bisa mengalami situasi yang bernama bosan. Rasanya sudah belajar, sudah mengerjakan tugas, sudah bantuin orang tua, eh ternyata masih banyak waktu yang tersisa, lalu bingung mau ngelakuin apa. Akhirnya bosen, mager dan rebahan sepanjang waktu bersama gadget.
Nah dengan memiliki aktivity day living, semua kegiatan rasanya rapi dan sangat terjadwal. Semua aktifitas termasuk di dalamnya bermain dan bersantai masuk dalam lembar rencana tersebut. Hasilnya menakjubkan. Semua waktu kita lalui dengan kesungguhan dan bahagia. Aku merasakan kepuasan dari kegiatan yang kulakukan.
Setiap hari kita bisa merevisi plan yang perlu direvisi, misal kita ada hobby yang akan kita lakukan di hari esok, ya tinggal memasukkan saja lalu sedikit merombak jadwal yang ada. Kata bunda, merasa puas atas hasil usaha dan aktifitas yang dilakukan adalah ciri orang yang sehat jiwanya.
Selanjutnya, yuk simak bagaimana tahapan kita membuat activity day living. Pertama susun waktu dalam 24 jam. Lalu tulis dalam kertas kosong apa saja kegiatan yang akan kita lakukan dalam 24 jam tersebut. Sebagai contoh, bangun malam, sholat tahajud, sholat subuh, membereskan kamar, membuat susu, mandi pagi dan seterusnya, termasuk tidur siang maupun malam. Semua kita tulis.
Tahap berikutnya adalah memasukkan dalam jadwal activity day living sesuai jam yang telah di susun. Ohya, agar kita semangat, sebaiknya lembar aktifitasnya ditulis dalam kertas yang indah, boleh kita hias agar menambah semangat kita.
Nah teman teman inilah salah satu ikhtiar kami selama masa pandemi ini. Pandemi boleh saja terjadi, tetapi kita juga harus beradaptasi dan berkompromi dalam perjalanan si virus Corona ini. Semoga bisa memberi sedikit inspirasi ya, dan jangan lupa untuk bahagia.