blank
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) yang melakukan pengabdian pada masyarakat, berfoto bersama. Eko Priyono

MAGELANG (SUARABARU) – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) melakukan pengabdian pada masyarakat terpadu (PPMT) melalui pembelajaran mandiri dan penguatan kewirausahaan dengan pengelolaan sampah. Itu dilakukan di Dusun Plumbon, Kecamatan Selopampang, Temanggung.

Dosen Pendamping Dr Rochiyati Murniningsih SE MP hari ini menuturkan, dalam kegiatan itu melibatkan sejumlah mahasiswa. Yakni Salma Salsabilla dari jurusan Manajemen, Berliana Agustina (Manajemen), Risa Apriani (Manajemen), Bagas Wahyu R (PGSD), Dennis Agung (PGSD).

Disebutkan, PPMT di desa itu dilaksanakan oleh mahasiswa prodi Manajemen dan PGSD dengan mengangkat tema “Pembelajaran Mandiri dan Penguatan Kewirausahaan Dengan  Pengelolaan Sampah”.  Kegiatan dilaksanakan sejak 28 September 2020, melalui pembelajaran mandiri dan pendampingan.  Dilakukan dalam mempersiapkan tempat belajar bagi pelajar PAUD, TK, dan SD di Desa Plumbon.

Pendampingan  bertujuan membantu siswa belajar dan  memperkenalkan pengalaman dalam  masa pandemi covid-19 ini. “Kebijakan belajar dari rumah tepat untuk mencegah penyebaran covid-19 di lingkungan sekolah, namun survei awal menunjukkan implementasinya masih beragam di lapangan,” tuturnya.

Masih terbatasnya kepemilikan komputer atau laptop dan akses internet, merupakan masalah utama yang berdampak pada tidak meratanya akses pembelajaran online. Adanya ketimpangan akses media pembelajaran, antara anak-anak dari keluarga ekonomi mampu dan kurang mampu. Dari survei awal tim KKN PPMT, diketahui bahwa hanya sekitar 28% responden yang menyatakan anak mereka belajar dengan menggunakan media daring.

Teknologi

Ditemui masalah, di mana fasilitas pembelajaran daring yang membutuhkan alat teknologi berupa laptop, hp, kuota internet dan listrik yang mencapai pelosok desa. Siswa belum terbiasa belajar daring dan belajar mandiri. Sumber bacaan buku belajar di rumah yang minim.

Sebetulnya anak memiliki energi dan semangat ketika bersama teman-temannya. Namun terkendala minimnya sumber daya manusia yang melek teknologi baik dari segi guru maupun siswa. Juga fasilitas sekolah yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan belajar yang sesuai protokol kesehatan.

Masa pembelajaran via daring sampai kapan berakhir tidak ada kepastian. Kemampuan orang tua dalam mendampingi siswa belajar sangat minim terutama bagi orang tua yang ke luar rumah untuk bekerja, tidak ada waktu untuk mendampingi anaknya belajar via daring di rumah. “Kasus di Desa Plumbon adalah sebagian besar orang tua siswa buruh tani atau petani mikro,” tuturnya.

Adapun bentuk kegiatannya menyelenggarakan forum group discussion (FGD) untuk menyepakati pola kegiatan di masyarakat.  Pembelajaran laring atau offline menjadi keniscayaan, tentu dengan protokol kesehatan di masa pandemi. Bekerja sama dengan Karang Taruna untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki penduduk untuk penyediaan buku bacaan, internet gratis.

Juga memberikan pelatihan bagi orang tua untuk pembelajaran di masa pandemi. Khususnya bagi ibu-ibu untuk pembelajaran anak-anak TK sampai dengan SD. Juga secara bertahap melakukan pembelajaran laring per kelompok, sesuai tingkatan pendidikan yang ada. Kurikulum pembelajaran laring dirumuskan dengan berbagai pendekatan seperti menari, melukis, mengulang pelajaran-pelajaran di sekolah sampai belajar dari alam.

Kerja Sama

Seluruh kegiatan  dilakukan bekerja sama dengan Karang Taruna Desa Plumbon yang antusias mendukung mahasiswa KKN PPMT. Kegiatan berwujud tutorial sekaligus pelatihan bagi calon pendamping (antisipasi keberlanjutan pasca KKN PPMT berakhir) sebanyak 3 x per minggu (@ 3 jam) selama 6 minggu, jadi total 54 jam.

Juga dilakukan optimalisasi pengelolaan bank sampah sebagai sarana penguatan jiwa wirausaha di kalangan pemuda. Program itu dilatarbelakangi oleh fakta akibat pandemik, banyak pemuda Desa Plumbon yang biasa bekerja di luar desa mengalami PHK atau penurunan jumlah jam kerja.  Juga kebiasaan sebagian masyarakat yang masih membuang sampah di sungai.

Untuk antisipasi munculnya masalah lingkungan dan sosial, perlu dilakukan pelatihan kewirausahaan untuk menggugah semangat para pemuda Desa Plumbon. Kegiatan itupun dilaksanakan dengan Kerja sama mahasiswa PPMT dan karang taruna desa setempat.

Pengembangan kewirausahaan akan dilakukan dengan simulasi wirausaha melalui pengelolaan bank sampah dan juga pelatihan IT sederhana berbasis android. Di era industri 4.0 menuntut pelaku usaha  memahami dan menguasai digitalisasi di berbagai sektor industri. Penguasaan teknologi menjadi penting agar usahanya bisa semakin berkembang maju.

Dengan digitalisasi, para pelaku usaha bisa beroperasi secara efektif dan efisien, serta produknya berdayasaing.Penguatan jiwa kewirausahaan ditujukan kepada pemuda Desa Plumbon dengan bentuk pengelolaan bank sampah.

Adapun tahapan kegiatannya melakukan sosialisasi awal pengelolaan sampah bagi para pemuda. Pelatihan teknis dan pelaksanaan sistem bank sampah, pemantauan dan evaluasi, serta pengembangan.

Seluruh kegiatan  dilakukan dengan  tutorial sekaligus pendampingan bagi ibu-ibu PKK dengan melibatkan pemuda setempat sebanyak  10 kali @ 2 jam, sehingga total  20 jam. Kegiatan didukung Dinas Lingkungan Kabupaten Temanggung yang selama ini sangat gigih melakukan pendampingan pengelolaan sampah.  Juga melibatkan  Fasilitator Persampahan Tingkat Desa (FPD) dan Penggiat Sampah Tingkat RT (PSRT).

Eko Priyono