WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Keberadaan dokar atau delman di Wonosobo terus tersingkir dengan moda transportasi modern lainnya. Selain tak punya pangkalan tetap, nasib dokar saat ini seolah tak dianggap oleh Pemkab Wonosobo.
“Padahal, sejarah kota Wonosobo tak bisa lepas dari keberadaan angkutan tradisional tersebut. Dulu dokar pernah jadi angkutan wisata yang cukup fenomenal. Banyak turis keliling kota naik dokar,” keluh Ketua Sais Wonosobo, Sarwono.
Menurutnya, jika dalam beberapa tahun ini, keberadaan delman di Wonosobo semakin memprihatinkan. Sebab tak ada perhatian dari pemerintah untuk ikut melestarikan kelompok ini. Sehingga yang bertahan saat ini tak lebih dari 90 kusir.
“Itu saja semakin ke sini semakin berkurang. Karena kondisi yang memaksa sebagian dari kusir dokar berhenti dan mencari pekerjaan lain. Tempat mangkal khusus dokar sudah tidak ada dan penumpang semakin turun,” terangnya.
Apalagi sejak pembangunan Pasar Induk Wonosobo berlangsung, kusir dokar kian terpuruk. Pasar Induk sebelah Barat saat itu dijadikan sebagai pangkalan delman, kini harus tersisih. Lantaran pangkalan tersebut digunakan sebagai akses masuk kendaraan berat.
“Sehingga yang bertahan tinggal satu dua saja di sana. Kalau dulu kan bisa sampai 12 delman bisa mangkal di tempat tersebut. Saya mohon setelah Pasar Induk ditempati lagi, dokar bisa diberi tempat mangkal secara khusus,” pintanya.
Bahkan oleh Pemkab Wonosobo, menurutnya, sejak Pasar Induk terbakar dan dibangun, tak diberi penjelasan mengenai delman ini harus dipindahkan ke mana. Nyaris selama pembangunan Pasar Induk itu berlangsung, tak pernah ada arahan dari pemerintah daerah.
“Enggak kayak dulu, Pemkab Wonosobo sampai dibelikan cat pada kusir dokar agar delman kelihatan cantik. Sejak saya jadi Ketua Sais Dokar tidak pernah ada apa-apa,” terang Sarwono yang telah menjabat selama 3 tahun ini jadi Ketua Sais Dokar Wonosobo itu.
Tempat Khusus
Ditambahkan Sarwono, keberadaan delman di Wonosobo memiliki cerita khusus. Dalam sejarahnya, dokar itu menjadi ikon saat wisatawan masuk ke kota dingin ini. Paling tidak, ikut memberi kontribusi pada sektor pariwisata di kota pegunungan ini.
“Kenapa dulu Wonosobo pernah meraih penghargaan kota Adipura? Itu salah satunya karena keberadaan kusir dokar Mas. Meski ada delman di wilayah kota, tapi jalan-jalan tetap dalam kondisi bersih,” jelasnya.
Menurutnya, kalau Pemkab Wonosobo mau memperhatikan nasib kusir delman, bisa ikut mengangkat sektor pariwisata. Seperti keberadaan delman di wilayah Yogyakarta yang ditempatkan disepanjang jalan Malioboro.
“Kalau kusir dokar bisa dikasih akses masuk di Alun-Alun itu bagus. Wisatawan bisa keliling melihat suasana kota Wonosobo. Kan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kusir dokar siap menjaga kebersihan saat beroperasi,” katanya.
Oleh karena itu, dalam moment Pilkada tahun 2020 ini, pihaknya beserta kelompok sais di Wonosobo ikut merapat ke pasangan Afif Nurhidayat dan M Albar agar ke depan nasib delman di Wonosobo bisa ikut diperhatikan. Keduanya harus bisa memikirkan nasib kusir dokar.
“Perjuangan dan keberadaan kusir dokar sangat besar perannya bagi sejarah kota wisata Wonosobo. Karena sempat menjadi ikon wisata sejak dulu,” aku Calon Bupati Afif Nurhidayat saat menemui Kelompok Kusir Dokar .
Pihaknya berjanji, setelah dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati, Afif-Albar akan mendesain ulang tata kelola transportasi tradisional di Wonosobo itu. Keberadaan dokar diharapkan bisa meramaikan suasana kota yang aman, sehat, rapi dan indah (ASRI).
“Pemkab Wonosobo siap menata dan memberi tempat mangkal khusus bagi kusir dokar. Namun para kusir delman ini harus tetap bisa menjaga kebersihan dan mempercantik dokarnya agar kelihatan lebih menarik lagi,” tegasnya.
Muharno Zarka-Wahyu