SALATIGA (SUARABARU.ID) – Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) merayakan Dies Natalis ke-56 dengan ibadah syukur yang sarat makna di Balairung Universitas, Senin (10/3/2025).
Ibadah ekumenis kontekstual ini mengusung tema “Berkat atau Kutuk? Berteologi di Tengah Krisis Kemanusiaan” yang diwarnai Sakramen Perjamuan Kudus dengan budaya Nusantara. Wingko babat dan secang menjadi simbol perjamuan yang berakar pada kearifan lokal.
Ibadah dipimpin oleh Pendeta Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si., Ketua Umum Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB), yang menyoroti makna penderitaan dan pemulihan dalam iman Kristen. Pendeta Paulus menekankan, @bahwa pemulihan sejati lahir dari pemahaman yang mendalam akan luka-luka kita. “Sebagai pengikut Kristus, kita adalah ‘wounded healers’, pemulih yang juga terluka. Melalui luka kita dapat menghadirkan pemulihan bagi sesama,” ujarnya.
Ibadah syukur ini juga ditandai dengan pemotongan tumpeng yang merupakan simbolis ungkapan syukur Fakultas Teologi memasuki usia sapta windu. Filosofi Tumpeng yaitu Tumapaking Tumpeng, tumapaking penguripan, tumindak lempeng tumuju Pangeran, mengingatkan bahwa kehidupan manusia harus selalu tertuju kepada Allah.
Warna kuning pada nasi tumpeng melambangkan kesejahteraan, sementara susunan tumpeng yang mengerucut ke atas menggambarkan relasi manusia dengan Tuhan yang membawa berkat bagi sesama.
Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Dekan Fakultas Teologi Pendeta Izak Y.M. Lattu, Ph.D., dan diserahkan kepada Rektor UKSW Prof. Intiyas Utami, Reverend Berthe Nyiransabimana dari program International Master in Diaconic Management (IMADM), serta perwakilan alumni dan mahasiswa.
Panggilan Akademik dan Spiritualitas
Dalam sambutannya, Pendeta Izak menegaskan bahwa perjalanan 56 tahun Fakultas Teologi bukanlah hal yang mudah. “Kami harus melewati jembatan iman yang menghubungkan satu amin dengan amin yang lain. Transformasi dan pengembangan kelembagaan menjadi keniscayaan,” ungkapnya.
Fakultas Teologi UKSW terus berupaya memperkokoh mezbah iman dan ilmu pengetahuan dalam bingkai ekumenisme, pluralisme, dan nasionalisme.
Pendidikan teologi yang dikembangkan Fakultas Teologi UKSW berakar pada prinsip bahwa perbedaan iman tidak menjadi penghalang untuk hidup dalam persaudaraan kemanusiaan. Sejak berdirinya, UKSW telah menjadikan pluralisme sebagai visi dan misinya. “Berteologi di Indonesia harus dilakukan dengan pendekatan interreligius, tanpa phobia terhadap kehadiran iman yang berbeda,” tambahnya, seraya mengutip pemikiran Bung Karno tentang Taman Sari Indonesia, konsep kebangsaan yang merangkul keberagaman.
Dalam konteks akademik, Fakultas Teologi UKSW telah mencapai banyak pencapaian signifikan. Tahun 2025, Fakultas Teologi telah mendapatkan akreditasi dari Association for Theological Education in South East Asia (ATESEA) untuk program S1, S2, dan S3. Kepercayaan ini semakin mengukuhkan Fakultas Teologi UKSW sebagai institusi teologi bereputasi nasional dan internasional. Selain itu, dukungan dari Foundation for Theological Education in Asia-Pacific membuka peluang besar bagi pengembangan program doktoral internasional dalam waktu dekat.