SEMARANG (SUARABARU.ID) – Alumni Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang yang tergabung dalam Alumni Peduli Almamater (APA) merasa prihatin dan ikut peduli terhadap sengketa dualisme Yayasan yang mengelola Untag Semarang.
Hal ini ditindaklanjuti dengan mendatangi kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VI Jawa Tengah dengan tujuan menanyakan hasil dari pengajuan surat per tanggal 7 September 2020 yang isinya tentang adanya dualisme yayasan yang menaungi Universitas 17 Agustus 1945 Semarang yakni Yayasan Pembina Pendidikan 17 Agustus 1945 Semarang dengan YPP 17 Agustus 1945 Semarang.
Ketua APA, Budi Kiatno,SH bersama enam rekan alumni Univeraitas 17 Agustus 1945 Semarang diterima pihak LLDIKTI yang di wakili Bidang IT Gandung dan Nurul serta Bidang Humas Rudi terkait surat yang dilayangkan pihak APA per 7 september 2020, di ruang rapat LLDIKTI jalan Bendan ngisor,Kec. Gajahmungkur Kota Semarang,Selasa (6/10/2020).
Budi Kiatno Selaku Ketua APA menjelaskan terkait tayangan posting di laman tentang pelantikan Plt. Ir. Djatmika Waluyono, MT sebagai Plt Ketua Pengurus Yayasan menggantikan Ir.Budi Darmawan, lanjut Budi lalu yayasan apa yang dipakai ? karena pada waktu pelantikan, Kepala LLDIKTI Wilayah VI Jateng, Prof.DYP. Sugiharto hadir memberikan sambutan, lalu apakah Yayasan Pembina Pendidikan 17 Agustus 1945 Semarang. atau Yayasan Pembina Pendidikan 17 Agustus 1945 Semarang, disingkat ( YPP 17 ) Semarang sebagaimana disebutkan dalam teks pemberitaan pada kalimat pertama dan kedua dimana Prof.Dr. Sarsintorini Putra, SH.MH yang disebut sebagai Ketua Pembina Yayasan,” tutur Budi.
Budi Kiatno SH saat dikonfirmasi Suara Baru.Id, mengungkapkan bahwa telah terjadi dualisme kepemilikan Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, oleh karena itu pihaknya mengajukan surat kepada LLDIKTI Wilayah VI Jawa Tengah supaya membantu menyelesaikan permasalahan tersebut supaya ada kejelasan manakah yayasan yang berhak mengelola Universitas 17 Agustus 1945 Semarang. Menurutnya perbedaan keduanya yakni pada nama yayasan, yang pertama Yayasan Pembina Pendidikan 17 Agustus 1945 Semarang kemudian yang kedua disingkat YPP 17 Agustus 1945 Semarang. Kedua yayasan tersebut sampai dengan saat ini memiliki legal yang sama mengelola Untag. Hal senada juga dibenarkan sekretaris APA , Adi Joko bahwa LLDIKTI siharaokan dapat menjembatani persoalan dualisme Yayasan Pengelola Untag Semarang yang sampai sekarang tak kunjung terselesaikan. Tambah Adi pihaknya APA bersedia sebagai mediator untuk menyelesaikan persoalan dualisne Yayasan tersebut,” paparnya.
Pada Kesempatan sama Budi mengungkapkan pihaknya mempertimbangkan apabila persoalan dualisme Yayasan yang mengelola Untag Semarang bila tidak kunjung diselesaikan “APA” khawatir nantinya menimbulkan keresahan dan kebingungan
dimasyarakat terkait yayasan pengelola Untag, dapat terjadi pembohongan publik terkait kebenaran yayasan yang memiliki hak atas pengelolaan Untag, dan terjadinya pembiaran dualisme yayasan yang nantinya berimbas tidak baik pada Untag.
Menurut Budi, Yayasan Pembina Pendidikan 17 Agustus 1945 Semarang siap duduk bersama dengan YPP 17 Agustus 1945 Semarang namun dengan mediator dari LLDIKTI Wilayah VI Jateng untuk penyelesaian persoalan tersebut. Namun saat APA Untag mendatangi LLDIKTI Wilayah VI Jateng, belum ada jawaban atas surat yang diajukan akan tetapi pihak LLDIKTI Wilayah VI Jateng yang diwakili Humas akan segera memberikan jawaban atas surat tersebut dalam waktu dekat.
” Kami bersama rekan alumni yang hadir di Kantor LLDIKTI agak kecewa karena Kepala LLDIKTI Wilayah VI Jateng Prof.DYP.Sugiharto oleh Staffnya dikatakan tidak berada ditempat.
” Bapak tidak ada ditempat, beliau sedang mengajar,” ujar Nurul salah satu staff bidang IT LLDIKTI. Hal senada juga dibenarkan dua staff lainnya Gandung dan Rudi (humas)
Kami sudah menerima surat yang di layangkan oleh APA dan dalam waktu dekat akan memberikan jawaban atas surat tersebut dan kami mengucapkan banyak terima kasih dari apa yang disampaikan pihak APA akan kami perhatikan dan sekali lagi jawaban dari surat akan segera kami respon,” pungkas Nurul.
Slamet Riyanto