BLORA (SUARABARU.ID) – Kasus Covid-19 di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menunjukkan tren yang terus meningkat. Terdata di posko GTPP Covid-19 setempat, Kamis (1/10/2020), sebanyak 444 kasus atau bertambah 10 kasus dalam empat hari terakhair.
Dari 444 warga Blora yang terpapar virus corona, empat orang masih dirawat di rumah sakit, 48 orang menjalani isolasi mandiri di rumahnya, dan 365 orang (bertambah satu orang empat hari sebelumnya) dinyatakan sembuh.
“Adapun warga Blora yang meninggal terpapar covid-19 berdasar Swab-Lab totalnya 27 orang,” terang Asisten Administrasi Umum Sekda Blora, Henny Indriyanti, Kamis (1/10/2020).
Ditambahkan pejabat pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, sejauh ini telah dilakukan pemeriksaan 3.447 Swab-Lab (bertambah 141 Test-Swab, dan akan terus dilakukan pemeriksaan hari-hari kedepan.
Menurut mantan Kepala Dinkes ini, posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Blora, mengkategorikan terdapat delapan dari 16 kecamatan di Blora dalam zona orange atau resiko sedang pesebaran covid-19.
Sedangkan delapan kecamatan lainnya, lanjut pejabat Plt Kepala Dinkes, berdasar hasil monitoring Posko GTPP Covid-19, kini masuk dalam zona kuning atau resiko rendah dari pesebaran covid-19.
Klaster Keluarga
Adapun kecamatan dengan zone orange, Kunduran, Jati, Randublatung, Kradenan, Cepu, Bogorejo, Kota Blora dan Tunjungan. Zona kuning, Todanan, Japah, Ngawen, Banjarejo, Jepon, Kedungtuban, Sambong serta Jiken.
Data terbaru yang masuk ke Posko GTTP, klaster keluarga juga menampakkan tren terus meningkat. Setelah klaster Jalan Pemuda Kota Blora, muncul klaster-klaster baru persebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di kabupaten paling timur di Jateng itu.
“Disebut klaster keluarga, karena persebaran virus corona terjadi di lingkungan keluarga,” jelas Henny.
Pejabat Plt Kepala Dinkes Kabupaten Blora mengatakan, klaster keluarga muncul sejak bulan Juni 2020 lalu. Sejauh ini sudah ada 35 kasus klaster keluarga. Jika masyarakat tidak waspada dan tifak patuh protokol kesehatan, tentu jumlahnya bisa terus naik.
Dijelaskan Henny, misal ada salah satu keluarga yang membawa virus ke rumah, entah itu ibu, bapak, anak atau keluarganya dalam satu atap yang kemudian masuk ke rumah, lantas di rumah itu menularkan virus kepada keluarganya.
“Klaster keluarga itu menyebar di hampir seluruh kecamatan. Rata-rata keluarga yang tertular bisa mencapai sembilan sampai 13 orang,” terangnya.
Data terbanyak antarkecamatan, di Kecamatan Kota Blora, disusul Todanan, Menden, Jati, Jiken dan Ngawen. Bahkan ada yang berawal dari petugas Puskesmas Ngroto, Kecamatan Cepu, menular ke keluarganya.
“Paling bamyak klaster keluarga di Desa Ngumbul, Kecamatan Todanan terdapat 13 keluarga, di Jati sembilan kasus, ada anaknya, mantu, cucunya,” beber Henny.
Namun ada khabar melegakan karena sejumlah pasien dari klaster keluarga sudah dinyatakan sembuh, namun juga masih ada yang melakukan isolasi mandiri di rumah. Seperti di Kecamatan Jati klaster keluarga sudah sembuh semua.
Untuk mencegah klaster keluarga tersebut, pihaknya mengajak seluruh masyarakat tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan (prokes) dengan memperhatikan VDJ, yakni ventilasi, durasi, dan jarak.
Arti sedehrananya, saat di rumah buka jendala dan pintu agar udara segar bisa bersikulasi, sediakan kamar terpisah untuk keluarga yang kerap bekerja keluar rumah, dan berpisah dengan yang rentan (lansia dan balita), terang Henny.
“Tetap pakai masker, jaga jarak dan buka jendela lebar-lebar agar udara tidak pengap. Cuci tangan pakai sabun dalam berbagai kesempatan agar kita terhindar dari virus corona,” pesan pejabat Plt Kepala Dinkes Blora.
Wahono-Wahyu