KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Setiap bulan Muharam atau Suro komunitas kesenian sering menggelar bermacam ritual tradisi. Memeriahkan Gebyak Suran (Tasyakuran Suran), Seni Tari Kuda Lumping Wahyu Turonggo Mudo Desa Podourip, Kecamatan Petanahan, Kebumen, tampil di desa setempat.
Aktivitas seni tersebut sekaligus menjadi sarana kelangsungan eksistensi komunitas seni budaya di masyarakat. Komunitas Seni Tari Kuda Lumping Wahyu Turonggo Mudo atau seni ebeg di Desa Podourip, Petanahan ini tampil untuk memperingati bulan Syuro ini dengan menggelar tradisi Gebyag Suran.
Kegiatan berlangsung Minggu Pahing, (13/9), merupakan agenda rutin tahunan setiap bulan Suro. Dalam kesempatan tersebut, secara swadaya digelar pertunjukan ebeg dari komunitas Wahyu Turonggo Mudo.
Ketua komunitas Seni Tari Kuda Lumping Wahyu Turonggo Mudo Ki Slamet menyampaikan, pentas Gebyag Suran Ebeg Wahyu Turonggo Mudo adalah untuk nguri-uri kabudayaan atau melestarikan seni budaya agar tidak punah atau pun diakui oleh negara lain.
Tujuan lain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas keberkahan yang telah diterima komunitas selama setahun. Gebyag Suran bagi komunitas juga bentuk permohonan keselamatan dan kesuksesan di waktu yang akan datang.
Ki Slamet yang juga Ketua Forum Ebeg Kebumen Aji (Forum EKA) itu menjelaskan, pentas seni budaya tersebut mendapat dukungan dari grup-grup ebeg anggota Forum EKA, serta Paguyuban Pecinta Kuda Lumping Kebumen (PPKLK), yang beranggotakan lebih dari 4.000 orang.
Ki Slamet menambahkan, saat ini di Kabupaten Kebumen ada sekitar 239 grup ebeg. Kelompok seni yang Wahyu Turonggo Mudo beranggotakan 30 orang terdiri dari 14 Penari, 14 Penayagan dan 2 orang Medoyan atau Tukang Timbul. Kegiatan Gebyag suran diawali dengan Santunan, Kiprahan, Barongan dan Mendeman. Kemudian diacara puncaknya diadakan nyadran atau slametan Suran.
Ketua Dewan Kesenian Daerah Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo yang turut hadir menyaksikan acara tersebut menyambut baik dan mengaku bergembira. Dia menilai ebeg merupakan kesenian yang turun temurun dan telah regenerasi masih lestari hingga saat ini. Pihaknya mendukung kesenian tradis terus dilestarikan.
‘’ Ebeg merupakan kesenian turun- temurun yang masih lestari sampai sekarang dan mendapatkan dukungan kuat dari masyarakat. Bahkan kini kaum muda millenial pun mulai menyukai kesenian ini, terbukti diantara mereka ada yang ikut wuru atau mendhem,’’ucap Pekik sembari tersenyum.
Komper Wardopo