UNGARAN (SUARABARU.ID) – BKR (Bina Ketahanan Keluarga) Karya Bhakti Kabupaten Karanganyar menerima penghargaan Tebraik I, BKR Mutiara Kasih Karanganyar (II), dan BKR Patriot Bangsa Kabupaten Magelang Terbaik III. Kemudian BKR Harapan Bunda (Kendal) dan BKR Thoriqul Huda (Rembang) sebagai BKR Kategori terinovatif.
Para pemenang ini mendapatkan penghargaan dari BKKBN Perwakilan Jateng berupa penghargaan dan peralatan operasional seperti laptop, televisi, dan speaker wireless, yang diserahkan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Martin Suanta dalam acara Jambore Kader BKR (Bina Ketahanan Keluarga)” di The Wujil Convention & Hotel Kabupaten Semarang, Selasa sore (15/9)
Sementara dalam acara tersebut, Martin mengatakan, dalam usia remaja, dibutuhkan pengasuhan yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan psikologisnya.
“Remaja menurut teori psikosial adalah masa mencari jatidirinya (the sense of identity). Hal tersebut dapat dilihat dengan munculnya pergolakan jiwa, ketidakmampuan dan ketidakmenentuan sikap serta mudah terpengaruh dengan sekitarnya,” kata Martin.
Keluarga menurutnya, sebagai ruang interaksi terbesar selain pendidik dan masyarakat harus mampu memahami kondisi tersebut. Terlebih di era industri 4.0 ini, telah banyak terjadi pergeseran dan perilaku sosial mengingat interaksi dengan dunia digital semakin masif sehingga ruang pribadi keluarga terekspos.
“Ditambah dengan situasi saat ini pandemi covid, menjadi kewaspadaan tersendiri, perlu saling mendukung & menguatkan antar anggota keluarga agar ketahanan keluarga tidak rapuh,” ujar Martin.
Senada dengannya, narasumber utama yang juga mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Dr. Hastaning Sakti, M.Kes, Psi menjelaskan bahwa kadang keluarga terlebih orangtua terlalu memaksakan komunikasi yang bersifat searah, dari orangtua ke remaja saja.
“Dengarkan dulu remaja berbicara sampai selesai, buang kesan negatif dan reaktif saat berkomunikasi, lebih lebih menghakimi”, tegasnya di hadapan para perwakilan kader BKR dan Forum Genre Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah yang hadir.
Menurutnya, agar pesan yang diinginkan orangtua tersampaikan dan bisa dijalankan oleh remaja, maka membangun kesadaran komunikasi yang responsif sangat dibutuhkan. Ia juga menghimbau kepada orangtua untuk merenungkan dan mengambil makna di dalam pernyataan “orang tua telah melewati dan pernah merasakan masa remaja, namun sebaliknya remaja belum pernah menjadi orang tua”.
Widiyartono R