blank
PANEN BERSAMA - Kepala Bank Indonesia Tegal, Taufik Amrozi melakukan panen bersama bawang putih double chromosome di Desa Tuel, Bojong, Kabupaten Tegal. (foto: nino moebi)

SLAWI (SUARABARU.ID) – Kelompok petani bawang putih Desa Tuel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, kebingungan menjual hasil panen mereka. Pasalnya, hasil panen tahun 2019 sebanyak 30 ton yang sudah menjadi benih saja masih belum terserap.

Hal itu disampaikan Ketua Kelompok Tani Bawang Putih Desa Tuel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Ahkmad Maufur (37) usai panen bersama bawang putih duble chromosome generasi ke empat, di Desa Tuel, Selasa (2/9/2020).

Maufur menyampaikan, panen bawang putih double chromosome sebanyak 15,64 ton diatas tanah seluas 0,5 hektar (5.000 m2).

Panen bawang putih di masa pandemi menurut Maufur secara budidaya tidak terdampak. Aktifitas menanam, memelihara hingga panen biasa tidak terpengaruh. Hanya saja tanaman bawang putih sangat tergantung kebijakan dari pemerintah.

Dijelaskan, saat ini kebijakan pemerintah yang kaitannya dengan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Tadinya importir wajib untuk tanam bawang putih dulu, setelah itu importir baru bisa mendapatkan RIPH. Sedangkan kebijakan sekarang terbalik. Kebijakan Pemerintah yang baru, bahwa importir diperbolehkan impor dulu, setelah itu wajib tanam dengan tenggang waktu satu tahun.

“Kebijakan pemerintah yang baru tersebut sangat berdampak bagi petani bawang putih. Yang tadinya hasil panen bawang putih kami dijadikan benih yang kemudian kami suplai ke beberapa daerah tapi, karena penyerapan sangat lemah jadi, hampir hasil produksi kami tidak laku,” kata Maufur.

Saat ini sebanyak 30 ton lebi benih bawang putih di Desa Tuel yang tidak terserap dengan kondisi sudah banyak yang keropos.

“Hasil yang saat ini dipanen dari petani kami beli tapi, kami tidak tahu mau dijual kemana. Hal itu karena kalau mau dijadikan benih kami belum jelas kedepannya mau seperti apa. Bawang putih yang sudah menjadi benih hasil panen 2019 saja masih belum terserap,” tutur Maufur.

Harusnya pemerintah memberikan kebijakan baru. Selain importir wajib menanam, harusnya wajib juga untuk membeli. Kalau tidak ada kebijakan dari pemerintah maka, bawang putih lokal tidak bisa bersaing dengan bawang putih impor.

“Panen saat ini merupakan yang ke-4 dengan hasil tidak semaksimal seperti tahun kemarin, namun hasilnya masih lumayan bagus hingga 15,64 ton per hektarnya dengan harga Rp 5 ribu per kg cabu basah,” jelas Maufur.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bank Indonesia Tegal, Taufik Amrozi berjanji akan meinisiasi petani bawang putih di Kabupaten Tegal yang saat ini sedang menghadapi persoalan dengan menumpuknya stok benih bawang putih yang masih menumpuk di gudang sebanyak 30 ton hasil panen 2019.

Taufik menyebut, panen bawang putih merupakan hasil kerja sama antara Bank Indonesia, Pemerintah Kabupaten Tegal dan Pusat Kajian Hortikultura dari Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan panen generasi yang ke empat.

“Semoga bisa terus kita kembangkan di generasi berikutnya dalam rangka membantu pemerintah untuk mencapai swasembada bawang putih nasional,” kata Taufik.

Taufik berharap, panen bawang putih untuk benih bisa untuk mengganti bawang impor. Dan hasil yang bagus akan ditularkan ke daerah lain dengan sinergi antara pemerintah daerah dengan segenap unsur terkait.

“Ini harus sinergi bersama untuk membangkitkan kembali kejayaan bawang putih nasional agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” tutur Taufik.

Teman-teman petani bawang putih diharapkan menjadi pejuang penghemat devisa.

Taufik menegaskan, karena bawang putih menyumbang invlasi, Bank Indonesia punya kepentingan maka, dengan kementrian dan dinas terkait harus diupayakan agar ada keberpihakan dulu terhadap petani karena masih belum mandiri atau masih uji coba, petani harus dilindungi dulu.

“Kalau kita sudah bisa sendiri ngapain kita impor-impor terus. Yang kita dorong pemerintah dengan berbagai kebijakannya supaya ada keberpihakan kepada petani bawang putih,” pungkas Taufik.

Sementara Staf Ahli Bupati Tegal, M Berlian Adji berharap, bantuan yang diberikan Bank Indonesia kepada petani bawang putih agar tidak berhenti hanya lima tahun. Adapun ada kelemahan menjadi catatan untuk sama-sama didiskusikan yang muaranya bawang putih menjadi komidi yang diunggulkan, secara nasional bisa mencegah impor serta bisa mensejahterakan petani.

Berlian minta kepada Bank Indonesia melakukan pendampingan terhadap petani bawang putih sampai ke distribusi atau pemasaran. Hal itu untuk mencegah invlasi sehingga akan final. Kalaupun masih kekurangan seperti cuaca, itu bisa dimaklumi.

Nino Moebi